Oleh: Zola Van Rooy
KEMATIAN dua selebritas tanah air dalam waktu yang berdekatan, Yana Zein dan Julia Perez menyentakkan kita semua. Betapa maut datang tanpa membedakan usia, pangkat, popularitas, atau atribut apapun yang melekat pada diri kita. Tak peduli semuda, sekaya, setinggi apapun jabatan ataupun popularitas kita, jika waktunya telah tiba, kematian akan datang menjemput.
Tak ada seorang pun yang dapat menolaknya. Almh. Yana Zein dan Julia Perez misalnya, mereka berdua telah menghabiskan biaya ratusan juta bahkan miliaran untuk pengobatan sebagai ikhtiar agar mampu tetap bertahan hidup, toh pada akhirnya mereka harus menyerah pada kematian.
Seperti yang digambarkan dalam lirik lagu ini,
“Orang kaya mati
Orang miskin mati
Raja raja mati
Rakyat biasa mati
Semua pasti menghadap Ilahi…”
Dari kisah mereka berdua, ada pelajaran yang bisa diambil. Betapa kecantikan, kegagahan dan kesempurnaan fisik tidaklah abadi. Betapa harta kekayaan tak akan dibawa mati. Betapa ketenaran tak berarti apa-apa ketika kematian telah menghampiri. Di dalam kubur, kita hanya sendiri. Dan satu-satunya yang akan menemani hanyalah amal. Amal. Amal.
“Bila waktu tlah berakhir
teman sejati hanyalah amal
Bila waktu tlah berhenti
Teman sejati tinggallah sepi….” (Opick)
Bukan tanpa tujuan Allah menciptakan kehidupan dan kematian, melainkan diciptakan keduanya “liyabluwakum ahsanu ‘amala”, untuk menguji siapa yang paling baik amalnya. Bagi seorang mukmin, kehidupan menjadi ladang untuk memupuk kebaikan, sedang kematian adalah pembebas dari segala keburukan, penderitaan dan kesukaran.
اللهم اصلح لي ديني الذي هو عصمة امري
واصلح لي دنياي التي فيها معاشي
واصلح لي اخرتي التي فيها معادي
واجعل الحياة زيادة من كل خير
واجعل الموت راحة من كل شر