DIKISAHKAN bahwa Khalifah Harun Al-Rasyid mengirimkan anaknya kepada Imam Syafii untuk belajar dengannya.
Imam Syafii lantas mempersilahkan sang putra khalifah tersebut dan kemudian beliau bertanya, “Apakah engkau putra khalifah Harun Arrasyid?”
BACA JUGA: Imam Ahmad dan Tukang Roti
“Ya,” jawab sang pemuda.
“Plaaaaak..” seketika itu juga Imam Syafii menempeleng tepat di wajah sang pemuda tersebut.
Sang Putra khalifah merasa bingung atas tindakan yang dilakukan oleh Imam Syafii sehingga beliaupun pulang dan menceritakan apa yang terjadi kepada ayahnya.
“Apakah engkau yakin tidak melakukan apa-apa dan lantas Imam Syafii memukulmu tanpa sebab?”
“Ya,” jawab anaknya.
Sang Khalifah pun lantas pergi menuju Imam Syafii. “Apakah anakku melakukan kesalahan?” tanya Khalifah kepada Imam Syafii.
“Tidak,” jawab Imam Syafii.
BACA JUGA: 4 Orang yang Punya Masalah dan Mendatangi Imam Hasan Al-Bashri, Semuanya Disuruh Bersitighfar
“Saya tahu bahwa engkau memukulnya bukan tanpa sebab, dan saya tahu bahwa kau ingin memberikan pelajaran di balik semua itu, maka katakanlah supaya aku mengetahuinya.”
https://www.youtube.com/watch?v=7ZoS7OD0q7A&t=224s
“Anakmu tidak bisa baca tulis dan saat dia besar nanti akan menjadi seorang khalifah,” ujar Imam Syafii. “Adapun mengapa aku memukulnya, agar ia mengetahui arti ketidakadilan dan kedzaliman, sehingga ketika dewasa, ia tidak akan melakukan kedzaliman dan ini lah pelajaran pertama dariku untuknya.”
SEKILAS IMAM SYAFII
Abū Abdillāh Muhammad ibn Idrīs al-Syafii adalah seorang penulis, dan ulama Muslim, yang merupakan kontributor pertama prinsip-prinsip yurisprudensi Islam (Uṣūl al -fikih).
Sering disebut sebagai ‘Syekh al-Islām’, Imam Syafii adalah salah satu dari empat Imam besar Sunni, yang warisannya dalam masalah yuridis dan pengajaran akhirnya mengarah pada pembentukan sekolah fiqh (atau Madh’hab) Syafii.
BACA JUGA: Pelajaran Imam Syafii, Rezeki Bukan Sekadar Angka
Dia adalah murid Imam Malik ibn Anas yang paling terkemuka, dan dia juga menjabat sebagai Gubernur Najar. Lahir di Gaza di Palestina (Jund Filastin), ia juga tinggal di Mekah dan Madinah di Hijaz, Yaman, Mesir, dan Baghdad di Irak.
Biografi Imam Syafii sebenarnya sulit dilacak. Dawud al-Zahiri dikatakan sebagai orang pertama yang menulis biografi tentang Imam Syafii , tetapi buku itu hilang.
Biografi tertua tentang Imam Syafii yang masih ada berasal dari Ibn Abi Hatim al-Razi (meninggal 327 H/939 M) dan tidak lebih dari kumpulan anekdot. Sebuah sketsa biografi Imam Syafii ditulis oleh Zakarīya b. Yahya al-Sājī kemudian direproduksi.
Biografi Imam Syafii yang nyata pertama ditulis oleh Ahmad Bayhaqi (meninggal 458 AH/1066 M) dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai sebuah catatan.
Masa muda
Imam Syafii dilahirkan di Gaza di kota Asqalan pada tahun 150 H (767 M). Ayahnya meninggal di Ash-Sham saat dia masih kecil. Khawatir akan pemborosan silsilah syarifnya, ibunya memutuskan untuk pindah ke Mekah ketika Imam Syafii berusia sekitar dua tahun.
Selain itu, akar keluarga ibunya berasal dari Al-Yaman, dan ada lebih banyak anggota keluarganya di Mekah, di mana ibunya percaya bahwa dia akan dirawat dengan lebih baik. Sedikit yang diketahui tentang kehidupan awal Imam Syafii di Mekah, kecuali bahwa ia dibesarkan dalam keadaan miskin dan sejak masa mudanya ia mengabdikan diri untuk belajar.
Ibunya sendiri tidak mampu membelikannya kertas untuk belajar, sehinggan Imam Syafii sering menulis pelajarannya di atas tulang, terutama tulang bahu.
BACA JUGA: 14 Nasihat Emas dari Imam Syafii
Ia belajar di bawah bimbingan Muslim ibn Khalid az-Zanji, Mufti Mekah saat itu, yang dengan demikian dianggap sebagai guru pertama Imam Syafii.
Pada usia tujuh tahun, Imam Syafii telah hafal Al-Qur’an. Pada usia sepuluh tahun, Imam Syafii telah hafal Muwatta’ Imam Malik, sehingga tak heran gurunya akan meminta Imam Syafii untuk menggantikannya untuk mengajar saat dia berhalangan.
Imam Syafii diberi wewenang untuk mengeluarkan fatwa pada usia lima belas tahun. []
REDAKTUR: DEDIH MULYADI