ZAMAN dulu seorang Raja yang mempunyai seorang pelayan, yang dalam setiap kesempatan selalu berkata kepada sang Raja: “Yang Mulia, jangan khawatir, karena segala sesuatu yang dikerjakan Allah adalah sempurna, Ia tak pernah salah.”
Suatu hari, mereka pergi berburu, seekor binatang buas menyerang sang Raja. Si pelayan berhasil membunuh binatang tersebut, namun Rajanya kehilangan sebuah jari tangan.
BACA JUGA: Kebenaran Firasat Heraklius Si Raja Romawi
Raja geram tanpa merasa berterima kasih, berkata, “Kalau Allah itu baik, saya tidak akan diserang oleh binatang buas dan kehilangan satu jari saya..!”
Pelayan menjawab, “Apapun yang telah terjadi kepada Yang Mulia, percayalah bahwa Allah itu baik dan apapun yang dikerjakanNya adalah sempurna, Ia tak pernah salah.”
Raja tersinggung, sekembalinya ke istana, Raja memerintahkan untuk memenjarakan si pelayan. Yang masih saja mengulangi perkataannya: “Allah adalah baik dan sempurna adanya.”
Esoknya, sang Raja pergi berburu sendirian, dan karena pergi terlalu jauh ia ditangkap oleh orang-orang primitif yang biasa menggunakan manusia sebagai korban.
Di atas altar persembahan, orang-orang primitif tersebut menemukan bahwa sang Raja tidak memiliki jari yang lengkap. Mereka kemudian melepaskan Raja tersebut karena dianggap tidak sempurna untuk dipersembahkan kepada dewa mereka.
Sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawal untuk mengeluarkan si pelayan dari tahanan, dan Raja itu berkata: “Temanku. Allah sungguh baik kepadaku. Aku hampir saja dibunuh oleh orang primitif, namun karena jariku tidak lengkap, mereka melepaskanku.
BACA JUGA: Antara Pemimpin dengan Pelayan
“Tapi aku punya sebuah pertanyaan untukmu. ‘Kalau Allah itu baik, mengapa Ia membiarkan aku memenjarakanmu?'”
Si pelayan tersenyum dan kemudian berujar, “Yang Mulia, kalau saja baginda tidak memenjarakan saya, Baginda pasti sudah mengajak saya pergi berburu, dan saya pasti sudah dijadikan korban oleh orang-orang primitif sebab semua anggota tubuh saya masih lengkap.” []
Kisah ini beredar secara viral di blog dan media sosial. Kami kesulitan menyertakan sumber pertama