Oleh: Isti Rahmawati, Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran
CINTA adalah fitrah. Cinta bagi setiap remaja diartikan sebagai rasa cinta yang dirasakan oleh seorang manusia kepada lawan jenisnya. Pengertian ini mengerdilkan makna cinta yang hakiki. Cinta ialah rasa suka, sayang terhadap sesuatu dan tidak hanya pada lawan jenis.
Pernah melihat anak muda yang pacaran? Demi kekasihnya, ia rela memenuhi segala keinginan kekasihnya. jarak pun tak menjadi alasan ketika sang kekasih meminta dijemput. Lalu, pernah melihat orang yang tergila-gila pada boyband, girlband atau artis? Ia senantiasa mengikuti kabar terbaru dari idolanya. Apapun yang dilakukan sang idola ia ikuti hingga sang idolanya berbuat maksiat pun, orang ini akan tetap setia menjadi pemuja artis tersebut. kedua fenomena ini adalah sebuah fenomena cinta yang semu. Cinta yang dikerdilkan menjadi sebuah wadah untuk pemuas hawa nafsu semata.
Ada banyak bentuk cinta yang indah. Cinta yang tak sekedar pemuas hawa nafsu semata. Tapi, cinta yang mampu mendekatkanmu dengan sang pencipta. Cinta yang mampu mendamaikan dan cinta yang bisa menghantarkanmu menuju syurga-Nya. Cinta kepada Allah dan Rasulnya tentu saja yang utama.
Namun ada cinta lain yang juga akan membawamu kepada kemuliaan yakni cinta kepada orang tua. Cinta kepada orang tua mungkin banyak yang menganggap sebuah cinta yang lumrah. Sudah biasa dan pasti dilakukan oleh setiap anak. Tapi bukan cinta yang hanya sekedar ucapan “I love you mom, dad”. Menghormati dan taat kepada orang tua merupakan bentuk dari rasa cinta, sebagaimana Allah berfirman:
“… hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (TQS. at-Isra:
Namun tahukah, ketaatanmu kepada aturan Allah merupakan bentuk kecintaanmu pada kedua orang tua, terutama ayahmu. Ayah merupakan pemimpin dalam keluarga, maka ia bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya yang lain termasuk anaknya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang orang-orang yang dia pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, jika enggan menutup aurat, enggan mengkaji islam, dan enggan terikat pada hukum syara lainnya, maka Allah akan menanyai ayahmu kelak saat di akhirat nanti. Syukur Alhamdulillah jika Ayahmu telah membimbingmu untuk menutup aurat. Jika tidak maka anaknya yang harus senantiasa menyadari kewajiban itu dengan penuh kesadaran.
Kita renungkan sekali lagi.
Bagi seseorang yang tengah dimabuk cinta, apapun yang menjadi kesukaan si doi pasti dipenuhi tanpa berfikir panjang. Rasanya merasa berdosa jika tak bisa memenuhi apa yang menjadi keinginannya. Tapi lihatlah bagaimana perlakuan kepada orang tua. Jarang sekali terfikirkan untuk memberika sesuatu. Apalagi memikirkan, memenuhi panggilannya saja kita masih malas.
“Ade, cepet shalat..”
“Sudah makan belum?”
“Coba tolong bawakan tas mama.”
Ketika ibu memanggil, rasa malas langsung menghimpit hati. Dalam hati langsung bersuudzan “pasti mau nyuruh ini itu” padahal jauh dari yang kita bayangkan. Saat kita lelah, mereka memberikan perhatian dengan menawari sarapan, menanyakan keadaan dsb. tapi kita menjawabnya dengan acuh.
Kita tak pernah tahu apa yang ada dipikirnya. Mungkin dalam otaknya mereka sedang berfikir keras untuk mendapatkan uang. Dan uang itu bukan untuk diri sendiri melainkan untuk membayar iuran sekolah anak-anaknya, jajan anaknya. Pada satu titik, pasti mereka pernah menangis karena beban yang harus mereka tanggung akibat anaknya. Namun mereka tak pernah menganggap anaknya adalah beban bagi mereka. tidak!
Jangan hanya meminta maaf kepadanya di hari raya saja. Mintalah maaf kepadanya setiap hari. Perlihatkan wajah yang berseri padanya. Berikan suara terindah kita padanya karena kelak kita akan berpisah juga. Kelak aka nada yang hilang dari rumah kita. Akan ada masa saat tak ada lagi yang menanyai kabar kita, memasakkan makanan untuk kita. Bahkan! Kelak kita akan melihat baju-baju mereka hilang dari lemarinya. Kelak mereka akan tiada. Bisa jadi kita yang lebih dahulu meninggalkannya.
Bahagiakan ia selagi ada
Panggil dia penuh cinta selagi bisa
Peluk dia selagi tubuhnya masih hangat
Doakan ia,
Selamatkan ia dari siksa api neraka. []