Table of Contents
SAHABAT Islampos, sejumlah nama pemain Maroko baru-baru ini menjadi sorotan sejak timnya mencuri perhatian di Piala Dunia 2022 Qatar. Mereka tak hanya dipuji karena aksinya di lapangan, melainkan pula karena sikap mereka diluar lapangan yang bisa menjadi teladan dan inspirasi. Lantas, siapa saja pemain timnas Maroko tersebut?
Maroko merupakan negara muslim di benua Afrika yang berhasil melaju ke babak semifinal Piala Dunia 2022. Kesuksesan Maroko di Piala Dunia bukan hanya menjadi kebanggaan negaranya, tetapi juga kebanggaan bagi negara-negara Afrika dan negara muslim di seluruh dunia. Tak heran Singa Atlas mendapat dukungan yang besar dari penggemar sepakbola mancanegara.
Dukungan ini juga muncul dari kekaguman terhadap sikap para pemain timnas Maroko yang terpuji di luar lapangan. Mereka menunjukkan diri sebagai pribadi muslim yang taat dan mengagumkan.
Dikutip dari beberapa sumber, berikut beberapa pemain timnas Maroko tersebut:
1 Pemain timnas Maroko: Zakarian Aboukhlal
Salah satu nama tersebut adalah Zakaria Aboukhlal. Salah satu pencetak gol di squat Singa Atlas itu ternyata fasih dan merdu dalam melafalkan ayat-ayat Alquran.
Aboukhlal dipuji bukan hanya aksi di atas lapangan kala membela Timnas Maroko, melainkan juga saat ia berada di luar arena. Dikutip dari kanal YouTube Khazanah dan Hidayah, kemunculan Zakaria Aboukhlal menjadi salah satu daftar pencetak gol bukan menjadi satu-satunya hal yang jadi perhatian terhadap pemain bernomor punggung 14 itu.
Pria kelahiran tahun 2000 ini ternyata juga seorang imam sholat. Pasalnya, ia sangat fasih dan merdu melantunkan ayat-ayat suci Alquran.
Dalam akun Instagram pribadinya, Zakaria sempat memperlihatkan keseharian beribadahnya ketika menjelang malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Tentu saja hal ini bisa dikatakan anti-mainstream. Sebab, cukup banyak pemain sepakbola di usia muda yang memilih berfoya-foya. Namun tidak demikian dengan Zakaria Aboukhlal. Meski usianya baru menginjak 22 tahun, dia lebih memilih mendekatkan diri kepada Allah.
Zakaria Aboukhlal lahir di Rotterdam, Belanda, pada 18 Februari 2000. Dia merupakan seorang pesepakbola Muslim.
Menariknya, Zakaria sudah sering ditunjuk menjadi imam sholat berjamaah di masjid dan memiliki kemampuan yang sangat baik dalam membaca Alquran.
Zakaria Aboukhlal merupakan putra dari ayah berkebangsaan Libya dan sang bunda yang berasal dari Maroko. Pemain yang cukup lama mengenyam pendidikan sepakbola di Belanda itu tengah membela Maroko di Piala Dunia 2022 Qatar.
Sebelumnya Zakaria sempat berseragam Timnas Belanda di berbagai level usia, mulai dari U-16 hingga U-20. Namun akhirnya ia memilih membela Maroko yang merupakan asal dari sang bunda.
Kerja keras Zakaria saat menjadi bagian dari Toulouse FC kemudian dianggap sebagai hal yang menguntungkan bagi pemain berbakat itu. Ini terutama untuk mendapatkan waktu bermain reguler bersama Timnas Maroko di Piala Dunia 2022.
Hal itu pun dibuktikan pada minggu malam 27 November 2022 Timnas Maroko secara mengejutkan berhasil menekuk Timnas Belgia dengan skor 2-0.
BACA JUGA: Kunci Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia 2022, Salah Satunya Doa Ibu
2 Pemain timnas Maroko: Hakim Ziyech
Salah satu pemain yang berperan penting dalam kesuksesan timnas Maroko di Piala Dunia 2022 adalah Hakim Ziyech.
Fans sepakbola pasti sudah mengenal Hakim Ziyech. Ya, ia adalah pesepakbola Muslim andalan klub raksasa Liga Inggris Chelsea. Pemain muda ini memiliki sisi menarik. Dia merupakan pria yang sangat dekat dan berbakti kepada ibunya.
Peran seorang ibu bagi Hakim Ziyech tidak perlu dipertanyakan lagi. Sang ibu adalah sosok yang sangat berjasa dalam kehidupannya, terlebih telah membesarkan hingga seperti saat ini. Maka tidak heran Hakim ziyech yang sudah sukses menjadi pemain sepakbola sangat sayang kepada uminya.
Kedekatan ibu dan anak terlihat dari unggahan foto di akun Instagram Hakim Ziyech. Dia mengakui sangat menyayangi ibunya. Hal ini dikarenakan latar belakang keluarganya yang ditinggalkan sang ayah untuk selamanya saat Ziyech masih berusia 10 tahun.
Pesepakbola kelahiran 19 Maret 1993 itu pun dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Hakim Ziyech adalah seorang pesepakbola berdarah Belanda-Maroko. Darah Belanda ia dapatkan dari mendiang ayahnya, sementara ibunya adalah seorang Maroko. Adapun keluarganya menetap di Negeri Kincir Angin mengikuti sang ayah, dan Hakim Ziyech pun mengawali karier sepakbola profesionalnya di Liga Belanda.
Hakim Ziyech menunjukkan bukti kecintaan sekaligus sangat berbakti kepada ibunya tersebut saat momen penganugerahan Golden Boot. Ia tampak menerima penghargaan prestise tersebut dengan mengajak ibunya untuk turut serta naik ke atas panggung dan berfoto bersama dirinya.
Raut wajah bahagia terpancar jelas dari keduanya, terlebih sang ibu yang tentu sangat bangga anaknya sukses namun tidak melupakan jasa dirinya.
Dalam satu sesi wawancara, Ziyech menyebut betapa ibunya adalah sosok yang tangguh sekaligus bersahaja. Selama mendiang ayahnya masih hidup, ibunya turut membantu mencari nafkah. Usai kepergian ayah Ziyech, ibunya pun membesarkan semua anaknya seorang diri. Hakim Ziyech pun tampak memperlakukan sang ibu bak ratu dengan menyayangi dan berbakti, sebagaimana tampak dalam foto ia mencium kepala ibunya.
3 Pemain timnas Maroko: Achraf Hakimi
Bek timnas Maroko, Achraf Hakimi viral setelah aksi selebrasinya kemenangan timnas Maroko atas Spanyol terekam kamera. Berbeda dari kebanyakan pesepakbola lainnya, Hakimi merayakan kemenangannya dengan berlari ke tribun penonton untuk menghampiri ibunya.
Momen Hakimi mendapatkan ciuman dari sang ibu pun menjadi viral di media. Aksi selebrasi Hakimi menuai pujian berbagai kalangan. Kecintaan Hakimi terhadap sang ibu pun menyentuh hati banyak orang.
Dalam sebuah wawancara, Achraf menceritakan tentang sosok ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Ibunya bekerja untuk membantu sang ayah, seorang pedagang keliling. Itu semua dilakukan kedua orangtuanya untuk bisa menafkahi rumah tangga, termasuk Achraf Hakimi.
“Dulu orangtuaku mengorbankan segalanya untukku, kini aku berjuang setiap hari hanya untuk mereka,” ujar Achraf Hakim.
Achraf Hakimi Mouh memiliki julukan Arra oleh orang-orang terdekatnya. Meskipun memiliki darah Maroko, Achraf rupanya besar dan dilahirkan di Madrid, Spanyol pada 4 November 1998. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Orang tua Achraf merupakan orang asli Maroko di mana mereka migran dari negara tersebut ke Spanyol saat Achraf belum lahir. Melansir dari Life Bogger, ayah Achraf bekerja sebagai pedagang kaki lima sementara ibunya adalah pembantu rumah tangga lebih tepatnya sebagai pembersih rumah.
Awalnya, Achraf mengikuti pelatihan sepak bola di klub lokal bernama Deportivo Colonia de Ofigevi. Sebab keseriusannya di bidang sepak bola, akademis Achraf mengalami gangguan. Orang tua sempat menentangnya namun Achraf tetap bertekad hingga akhirnya di usia 8 tahun bergabung dengan akademi sepak bola Real Madrid.
Adchraf Hakimi membuktikan dirinya sebagai pemain sepak bola profesional. Ia bahkan menjadi pemain tercepat di Bundesliga Borussia Dortmund pada matchday 16 musim tahun 2019/2020. Kecepatannya saat itu mencapai 22,5 mph.
Setelah mencapai kesuksesan, Achraf pun tidak melupakan jasa kedua orang tuanya.
4 Pemain timnas Maroko: Sofiane Boufal
Sofiane Boufal menjadi salah satu pemain timnas Maroko yang mencuri perhatian dan menuai pujian setelah merayakan kemenangan Maroko atas Portugas bersama sang ibu. Sang bintang Maroko berusia 29 tahun tersebut membawa ibunya turun dari tribun ke lapangan setelah peluit panjang tanda berakhirnya permainan dibunyikan. Keduanya terekam menari-nari di depan para penggemar Maroko.
Sambil memegang kedua tangan ibunya, ia menari berputar-putar. Lalu membenarkan hijab sang ibu yang juga ikut terbawa euforia. Dia pun memeluk dan mencium ibunya. Ia juga merangkul dan mendekap erat sang ibu setelah selebrasi menari bersama.
Tentu saja selebrasi pemain sayap Maroko tersebut menjadi viral dan mencuri perhatian. Aksi mantan penyerang Southhampton yang telah menjadi salah seorang bintang Maroko itu pun memenangkan hati semua orang.
5 Pemain timnas Maroko: Yassine Bounou
Penjaga gawang timnas Maroko, Yassine Bounou juga menyajikan momen epik yang tak luput dari sorot media di Piala Dunia 2022. Selain penyelamatan gawang yang bersejarah selama babak pinalty melawan timnas Spanyol, momen epik ‘Bono’ juga terekam di luar lapangan.
Usai sukses menyingkirkan Portugal di perempat final lalu, Bounou merayakan kemenangan tersebut bersama sang buah hati di dalam lapangan. Sebuah video antara Yassine Bounou dan balitanya, Isaac, pun menjadi viral di media sosial. Dalam klip itu, penjaga gawang Sevilla tersebut terekam sedang bermain bersama putranya usai pertandingan Piala Dunia melawan Portugal.
Isaac diberi sarung tangan yang dipakai Bounou, sebuah sarung tangan yang bikin Bounou moncer tanpa kebobolan lawan di Piala Dunia 2022.
Yassine Bounou lahir 31 tahun silam, tepatnya di 5 April 1991 pada Montreal, Quebec, Canada. Dikenal juga sebagai Bono, ia adalah seorang pemain sepak bola profesional Maroko yang bermain sebagai kiper untuk klub La Liga, Sevilla dan tim nasional Maroko.
Dia menghabiskan sebagian besar kariernya di Spanyol, tampil di lebih dari 100 pertandingan di La Liga untuk Girona dan Sevilla, dan 56 di Segunda División untuk Zaragoza dan Girona.
Bounou juga tergabung dengan Timnas Maroko di Piala Afrika 2021 di Kamerun. Di turnamen tersebut, ia menjadi berita utama karena pembelaannya terhadap bahasa Arab dan penolakannya untuk berbicara kepada pers dalam bahasa lain.
Pada 10 November 2022, Bounou masuk dalam skuad 26 pemain Maroko untuk Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar.
BACA JUGA: Cetak Sejarah, Maroko Jadi Negara Muslim Afrika Pertama yang Masuk ke Semifinal Piala Dunia 2022
6 Pelatih timnas Maroko: Walid Regragui
Dalam video yang viral di media sosial, tampak pelatih timnas Maroko Walid Regragui mendatangi Fatima, ibunya, setelah Maroko mengalahkan Spanyol di babak 16 besar. Regragui memeluk Fatima dengan erat, disertai gestur selamat dari beberapa orang yang juga menyalaminya.
Ibu Regragui yaitu Fatima adalah salah satu yang ikut terbang ke Qatar menemani perjuangan anak serta negaranya. Ia mengaku selama lebih dari 50 tahun terakhir tidak pernah meninggalkan kota tempat tinggalnya di Paris, Perancis, bahkan kalaupun Regragui bertanding sebagai pemain maupun pelatih. Namun, catatan itu ia patahkan untuk mendukung langsung Regragui yang memimpin pasukan Singa Atlas hingga ke semifinal sejauh ini.
“Saya tinggal di Perancis selama lebih dari 50 tahun dan ini kompetisi pertama saya di luar Paris,” katanya kepada stasiun tv olahraga Maroko, Arriyadia, dikutip dari Middle East Eye.
“(Walid) akan membuat semua orang yang menonton bangga. Bantu dia dan dia akan membantumu,” lanjutnya kepada Al-Mountakhab.
“Siapa pun yang menyukainya, Tuhan memberkati Anda, dan siapa pun yang tidak, Tuhan memberkatimu.”
“Semoga Tuhan memberi dia dan semua orang kemudahan serta kenyamanan.”
Itulah sekelumit sikap terpuji yang ditunjukkan pemain timnas Maroko di Piala Dunia 2022. []