Oleh: Azhar Muhamad Fabian
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati
DEWASA ini isu mengenai Energi selalu menjadi perbincangan hangat di forum-forum hingga konferensi internasional. Adapun yang menjadi titik pembahasan dari tema ini adalah mengenai pemecahan masalah sumber energi itu sendiri. “renewable energi” adalah solusi bagi para imuan yang dinilai konkrit mengatasi secerca permasalahan seputar energi ini.
Bukan tanpa alasan pemanfaatan energi terbarukan dinilai perlu dikarenakan selama ini kebutuhan energi dunia masih menggunakan fosil sebagai sumber energi yang notabenenya tidak dapat diperbaharui atau habis. Tercatat 65% sumber energi dunia masih bergantung pada sumber energi fosil (IEA, 2015). Sedangkan energi terbarukan (angin, sel surya, gelombang laut, dsb) masih terseok-seok untuk sekedar bersaing dengan energi nuklir. Angkanya tidak lebih dari 6% dari total konsumsi energi dunia (BP, 2015).
Seiring berjalannya waktu solusi demi solusi pun mulai bermunculan dan mencuat ke publik. Hal ini didasari atas meningkatnnya kesadaran masyarakat dan kepeduliannya terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini dinilai wajar karena ekspoloitasi sumberdaya alam demi memenuhi kebutuhan energi yang dewasa ini dinilai terlalu berlebihan.
Adalah Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam yang pada 1400 tahun yang lalu telah menyinggung perihal perilaku masyarakat modern saat ini. Dengan kebijaksanaannya beliau lah yang sangat peduli atas segala aspek kehidupan termasuk mengenai kelestarian lingkungan dan pemberdayaan energi.
Dalam hadis disebutkan, “Barang siapa yang menghidupkan lahan mati, baginya pahala. Dan semua yang dimakan burung dan binatang menjadi sedekah baginya,” (HR. An-Nasai, Ibnu Hibban dan Ahmad).
Hadist yang berbicara mengenai pemberdayaan lingkungan ini adalah bukti akan pedulinya rasulullah mengenai pemberdayaan suatu lahan (sumber daya alam). Dimana dalam hadist tersebut juga Rasulullah memberi keterangan akan pentingnya memberi manfaat bagi lingkungan sekitar dalam artian tidak hanya sekedar dipergunakan untuk kepentingan egoisme manusia.
Selain meberdayakan sumber daya alam Rasulullah juga mewanti-wanti akan pentingnya penghematan sumber daya alam. Dalam hadis riwayat Ahmad disebutkan bahwasanya Suatu hari, Rasulullah melewati Sa’ad sedang berwudhu (dan banyak menggunakan air). Beliau mengkritik, “Mengapa boros wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab, “Apakah ada pemborosan air dalama wudhu?” Rasul menjawab, “Ya, walaupun kamu berada di sungai yang mengalir,” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Inilah sifat kebijaksanaan rasulullah dalam memanfaatkan sumber rezeki yang bersumber dari Allah Subhanahuwata’ala dimana rasulullah sangat tidak menyukai hal-hal yang berlebih-lebihan atau tabdzir. Walaupun suatu sumber daya alam tersebut dinilai tampak tidak akan ada habisnya sudah selayaknya kita tidak terlalu berlebihan apalagi hingga merusak suatu sumberdaya alam tersebut Naudzubillah.
Jika dari kita semua tahu akan ajaran mulia yang diajarkan Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam tentulah alam kita akan senantiasa terjaga dan kebutuhan energi akan selalu cukup dalam keberkahan dari sang pencipta yang maha pengasih dan juga penyayang. []