WINA—Pemerintah Austria akan menutup tujuh masjid dan berencana untuk mendeportasi sekitar 60 imam sebagai langkah untuk memerangi Islam politis, radikalisasi dan mencegah pendanaan asing untuk kelompok agama. Tindakan pemerintah Austria ini didasarkan pada undang-undang tahun 2015 yang, di antaranya, melarang komunitas agama mendapatkan pendanaan dari luar negeri.
Kanselir Austria, Sebastian Kurz, mengatakan tujuh masjid yang ditutup terdiri dari satu masjid nasionalis garis keras Turki di Wina dan enam masjid yang dikelola kelompok Komunitas Religius Arab.
BACA JUGA: Pemerintah Austria Mulai Berlakukan Larangan Bercadar di Muka Umum
Selain karena dugaan radikalisme, masjid tersebut juga ditutup karena tidak memiliki lisensi untuk beroperasi dibawah Komunitas Islam Austria, organisasi payung yang merepresentasi warga Muslim di negara ini.
Sementara itu, masjid-masjid Arab ditutup karena adanya laporan mengenai khutbah-khutbah kelompok Salafis yang ekstrim.
“Masyarakat paralel, Islam politis dan kecenderungan ke arah radikalisasi tidak memiliki tempat di negara kami,” kata Kurz di Wina.
BACA JUGA: Austria Berencana Larang Penggunaan Jilbab di SD dan TK
Menteri Dalam Negeri Austria Herbert Kickl mengatakan izin tinggal para imam yang dipekerjakan oleh ATIB, organisasi yang mengawasi masjid Turki di Austria, sedang ditinjau, tapi sudah ada dua imam yang izin tinggalnya telah dicabut dan lima imam yang permohonan izin tinggalnya ditolak.
Selain, penutupan masjid dan depotasi imam, pemerintah Austria baru-baru ini juga mengumumkan rencana untuk melarang siswi sekolah dasar dan taman kanak-kanak untuk mengenakan jilbab. []
SUMBER: DW