NAYPYIDAW—Pemerintah Myanmar dilaporkan menutup akses masuk bagi organisasi kemanusiaan, serta bantuan PBB untuk warga sipil di Rakhine.
Hingga Senin (7/9/2017), pasokan makanan, air, serta obat-obatan yang diperlukan warga sipil akibat konflik di negara bagian Rakhine, tidak dapat diberikan.
“PBB terus mencoba menghubungi pihak berwenang agar operasi kemanusiaan dapat kami lanjutkan sesegera mungkin,” demikian pernyataan dari Kantor Koordinator Residen PBB di Myanmar, seperti dilansir Asian Correspondent, Senin (4/9/2017).
Konflik di Rakhine kembali terjadi pada 25 Agustus lalu. Sebanyak 20 pos keamanan polisi di perbatasan Myanmar dan Bangladesh, dilaporkan mendapatkan serangan.
Pasukan militer Myanmar menuduh serangan tersebut dilakukan ratusan orang yang diyakini oleh mereka berasal dari kelompok militan Rohingya.
Sejak saat itu, tentara Myanmar melakukan operasi di desa-desa yang menjadi tempat tinggal penduduk dari etnis tersebut di sejumlah desa dan wilayah Rakhine.
PBB sendiri telah mencari berbagai cara untuk memberikan bantuan. Namun, akses untuk menjangkau Rakhine sejak 25 Agustus lalu, diblokir Pemerintah Myanmar dengan alasan situasi keamanan.
Situasi di Rakhine sebelumnya dilaporkan semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana.
Kelompok aktivis Human Rights Watch mengatakan banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, wilayah utara negara bagian itu yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial.
Setidaknya ada 10 area yang saat itu terlihat penuh dengan kobaran api. Diyakini pasukan militer dengan sengaja melakukan tindakan keras sebagai upaya menekan kelompok militan yang diduga berasal dari etnis Rohingya.
Hingga saat ini, tercatat 400 orang, yang kebanyakan berasal dari warga Rohingya tewas dalam kekerasan diRakhine. Sementara, puluhan ribu penduduk etnis tersebut lainnya dilaporkan mencoba melarikan diri dengan melintasi perbatasan darat ke Bangladesh.
Selain itu juga terdapat puluhan warga Rohingya lainnya menyebrangi sungai di wilayah perbatasan menggunakan kapal darurat, namun beberapa diantaranya tenggelam.
Puluhan ribu dari mereka yang berhasil melarikan diri ke Bangladesh juga disebut tiba dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Tak sedikit yang mengalami luka parah karena tembakan yang dilepaskan oleh pasukan militer Myanmar. []