ULTRA Violet, sebuah kelompok kampanye dan advokasi perempuan di AS yang didirikan oleh Nita Chaudhary dan Shaunna Thomas, getol mengangkat isu-isu berkaitan dengan kehidupan wanita. Mereka sangat mengkhawatirkan isu seputar pemerkosaan (Rape Culture) yang semakin menggurita di negerinya.
Selepas Brock Turner, seorang pelaku kejahatan seksualĀ dikeluarkan dari penjara dan hanya dihukum selama 3 bulan saja, aktivis Ultra Violet itu kemudian membuat sebuah infografik mengenai gurita perkosaan di negeri Paman Sam.
Apa itu ‘Rape Culture?’
Kasus perkosaan banyak yang tidak dilaporkan
Menurut Rape Crisis, 85 ribu perempuan dan 12 ribu laki-laki diperkosa di Inggris dan Wales setiap tahunnya. Sekitar 11 kasus perkosaan terjadi setiap jamnya, hanya 15% dari korban yang kemudian melaporkannya ke polisi.
Pemerkosa tidak di penjara
Dalam kasus Brock Turner, ia diberi hukuman percobaan selama enam bulan penjara, dan hanya menjalani tiga bulan hukuman saja.
Namun itu bukan kasus paling menakutkan.
Statistik mengungkapkan fakta kelam: satu kasus kejahatan seksual berbanding dengan tiga puluh kejahatan seksual lainnya, mengarah kepada kasus pelanggaran saja bukan menjadi kasus pelecehan seksual.
Universitas jadi musuh utama korban perkosaan dan pelecehan seksual
Penelitian yang dilakukan oleh The Telegraph menunjukkan bahwa sepertiga dari mahasiswa perempuan di Inggris, menjadi korban pelecehan, kejahatan dan bahkan kekerasan seksual.
Menurut salah satu penyelidikan, hampir setengah dari kelompok Universitas Russell, gagal untuk menghadirkan rekaman cctv dari pemerkosaan, kekerasan seksual dan pelecehan seksual. []
Sumber: Indy100