INI adalah kisah kewajiban menjadi pemimpin yang adil.
Ibnu Mas’ud RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling Allah SWT cintai pada hari kiamat dan kedudukannya paling dekat denganKu adalah pemimpin yang adil. Sementara manusia yang paling Allah benci pada hari kiamat dan mendapatkan siksaan yang paling menyakitkan kedudukannya paling jauh denganKu adalah pemimpin yang sewenang-wenang.”
Pemimpin yang Adil: Kisah Utsman bin Affan RA
Alkisah, pada suatu hari, Utsman RA, menggerakkan telinga pelayannya, tiba-tiba ia melukainya. Maka, pelayan itu berkata: “Wahai Tuanku, ingatlah qhisas pada hari kiamat.”
Maka Utsman menyerahkan telinganya kepada si pelayan sambil berkata: “Garuklah telingaku sebagaimana saya menggaruk telingamu.”
Lalu pelayan itu pun mulai menggaruk telinga Utsman.
Utsman berkata: “garuklah lebih keras lagi.”
Maka pelayan itu menjawab: “Wahai Tuanku, jika engkau takut qhisas pada hari kiamat, saya juga takut.”
Akhirnya pelayan itu meninggalkan Usman.
BACA JUGA:Â Pemimpin Taliban Ambil Alih Afghanistan: Kami Tidak Akan Balas Dendam dan Hormati Hak Perempuan
Pemimpin yang Adil: Abdurrahman Ibnu Hubaib
Abdurrahman Ibnu Hubaib berkata: “Saya menemukan tulisan dikaki ranjang raja Anusyirwan. Di setiap kaki ranjang terdapat tulisan yang berbeda.
Di kaki ranjang yang pertama terdapat tulisan, ‘kamu tidak akan memperoleh kekuasaan, kecuali dengan bantuan orang-orang yang kuat.’
Dikaki ranjang yang kedua terdapat tulisan, ‘kamu tidak akan meraih orang-orang yang kuat, kecuali dengan harta yang banyak.’
Dikaki ranjang yang ketiga terdapat tulisan, ‘kamu tidak akan dapat meraih harta yang banyak, kecuali dengan kabilah yang kuat.’
Dikaki ranjang yang keempat terdapat tulisan, ‘kamu tidak akan mampu menguasai kabilah yang kuat, kecuali dengan keadilan.’
Pemimpin yang Adil: Ali bin Abi Thalib RA
Ali RA berkata: ‘saya melihat Umar mengangkat pelana di atas punggungnya. Beliau membawa pelana tersebut ke puncak gunung.
Saya bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, hendak kemanakah engkau melangkah?” Beliau menjawab, “Saya akan menangkap seekor unta yang lari. Unta itu telah disedekahkan oleh seseorang.”
Maka, saya berkata kepadanya, “Engkau telah merendahkan derajat khalifah sesudahmu.”
Beliau berkata, “Jangan mengejekku wahai Abu Al Hasan. Demi dzat yang mengutus Muhammad dengan benar, jika ada seekor unta yang tenggelam di sungai Eufrat, maka sungguh Umar akan diminta pertanggungjawaban pada hari kiamat. Ketahuilah, tidak ada kehormatan sedikitpun bagi penguasa yang menyia-nyiakan kaum muslimin, dan tidak ada kehormatan bagi orang fasik yang menganiaya kaum mukmin.””
BACA JUGA:Â Muslimah Pemimpin MBC Masuk Daftar 25 Wanita Paling Berpengaruh Versi Vogue Inggris
Pemimpin yang Adil: Umar Ibnu al-khattab RA
Dikisahkan bahwa Umar Ibnu al-khattab RA melihat seorang kafir dzimmi yang meminta-minta di pintu rumah.
Orang itu sudah tua. Maka Umar berkata kepadanya: “kami tidak akan memberatkanmu. Kami telah mengambil pajak darimu semasa kamu muda. Apakah pantas sekarang kami menyia-nyiakanmu?”
Lalu Umar memerintahkan agar makanan orang tua itu ditanggung Baitul mal.
Karena itu, penguasa sudah sepantasnya berlaku adil di dunia ini. Penguasa tidak boleh menyalahgunakan kekuasaannya untuk menuruti keinginan hawa nafsu. Dengan bersikap adil, mudah-mudahan Allah akan meridhoinya.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT: “Hai Dawud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi ini maka berilah keputusan diantara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dijalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS: Shadh: 26)
Sudahkah menjadi pemimpin yang adil? []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)