Oleh: Niwatun, Sp.d.I
Aktivis Muslimah Peduli Generasi
niwaoke@gmail.com
Masa muda masa yang berapi-api
Yang maunya menang sendiri
Walau salah tak perduli
….
DEMIKIAN penggalan lirik lagu Bang Haji Rhoma Irama, menggambarkan kondisi seseorang di masa mudanya. Sering dikatakan jika masa muda adalah masa pencarian jati diri, untuk menunjukkan eksistensi siapa dirinya.
Dalam Islam, jati diri seseorang sudah teridentifikasi sejak lahir. Apa itu? Jati diri yang berhubungan dengan keyakinannya, yaitu jati dirinya sebagai seorang Muslim. Hal inilah yang akan menentukan sikap seseorang ke depannya. Bagaimana dia bisa menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat.
BACA JUGA:Â Untuk Anda para Pemuda, Segeralah Menikah!
Masa muda di dalam Islam mendapat perhatian khusus sebagaimana nasihat Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Al-Hakim dalam Al-Mustadrok, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum masa sempitmu, hidupmu sebelum matimu.”
Memanfaatkan masa muda bagi seorang muslim apa yang harus dilakukan? Apakah sibuk mencari jati diri? Sibuk menjukkakn eksistensinya?
Masa muda seorang muslim akan dipergunakan sebaik-baiknya. Dengan menuntut ilmu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di tengah-tengah masyarakat. Dia akan memberi manfaat, ketika tahu apa yang harus dilakukan. Ketika masih bingung apa yang akan dilakukan, jangankan memberi manfaat, menata hidupnya saja kebingungan. Ilmu didapatkan dalam keluarga ataupun di sekolah, serta lingkungan yang baik.
Masih ingat Ibnu Sina? Ya, kita mengenalnya sebagai dokter yang namanya masih dikenal hingga saat ini. Ibnu Sina menjadi dokter di usia 17 tahun. Selain menjadi dokter Ibnu Sina juga berkecimpung dalam dunia sastra, filsuf, dan ilmu kalam serta menulis ratusan buku.
Ada juga beberapa pemuda muslim yang memanfaatkan masa mudanya seperti; Usamah bin Zaid usia 17 tahun sudah menjadi panglima perang, Abdullah bin Abbas usia 15 tahun (ada yang mengatakan 16 tahun) menjadi staf ahli negara, Zaid bin Tsabit belajar bahasa Suryani Yahudi selama dua minggu di usia 11 tahun. Yang tak kalah muda, beliau terkenal di Indonesia sebagai Imam Mazhab, yaitu Imam Syafi’i. Karena semangatnya menuntut ilmu, beliau diizinkan memberi fatwa di usia 15 tahun. MasyaAllah.
Mereka, para pemuda hebat yang benar-benar memanfaatkan masa mudanya untuk menuntut ilmu, sehingga bisa menebar manfaat di tengah masyarakat.
Siapa yang mendorong mereka eksis di masa muda? Tak lain adalah keimanan mereka. Keimanan yang dipelajari dengan baik, mampu menggerakkan mereka berbuat sesuai keimanannya.
Bisa memanfaatkan masa muda dengan baik butuh keimanan yang kokoh dan berakar kuat dalam dirinya. Dan selayaknya tiap pemuda muslim, sudah bisa menunjukkan jati diri. Memberi manfaat bagi sesama dan mampu sebagai agen perubahan (agent of change). Allahu a’lam bishshawab. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.