Elly Yurica P.
(Mahasiswa STAI Ibnu Sina Batam, Anggota Komunitas Muslimah Batam)
VALENTINE day bukan lagi hal yang tabu ditelinga kita. Perayaannya pun sudah bisa kita tebak akan seperti apa. Meski nasihat-nasihat serta imbauan-imbaun tentang valentine day sudah banyak disampaikan tetapi pada kenyataannya perayaan valentine day ini masih saja dilakukan. Ia nya dianggap sebagai budaya modern remaja saja atau bisa disebut dengan gaya kids jaman now. Padahal seperti yang kita ketahui bersama dibalik perayaan valentine day akan ada banyak dampak buruk yang akan terjadi seperti seks bebas, pesta miras, aborsi, dan masih banyak lagi dampak buruk dari valentine day yang masih tidak disadari oleh para orang tua.
Perayaan ini biasanya dilakukan setiap tahun pada bulan februari. Para remaja berlomba-lomba menyiapkan rencana terbaiknya untuk perayaan tersebut tidak terkecuali para remaja muslim yang juga ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan ini. Walaupun sudah sering diingatkan bahwa ini bukan merupakan budaya Islam, ini adalah budaya orang-orang kafir , dan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda, ”barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”, namun parahnya sebagian besar remaja muslim tak memperdulikan hal itu, mereka berdalih dengan anggapan bahwa perayaan itu hanyalah untuk senang-senang semata.
Valentine day salah satu buah dari pemikiran sekulerisme
Valentine day adalah satu bentuk dari pemikiran sekulerisme. Bagaimana tidak, perayaan ini disebut sebagai hari kasih sayang, hari pengungkapan cinta dengan memberikan setangkai atau sebuket mawar merah, sebungkus coklat dan lain sebagainya. Kemudian menyatakan perasaan cinta atau naluri nau’ dengan cara yang salah, padahal didalam islam sendiri memiliki aturan-aturan dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam hal ini adalah tata pergaulan yakni bagaimana manusia menyalurkan naluri nau’ (melangsungkan keturunan) yang salah satu penampakannya adalah menyukai lawan jenis. Pun kemudian jika didetili pada aktivitas yang dilakukan pada perayaan Valentine Day diselimuti penuh dengan kemaksiatan yang jelas-jelas melanggar syariat. Islam sebagai way og life tentu seharusnya membuat kita menstandarkan semua perbuatan agar sesuai dengan aturan Islam. Pemisahan agama dari kehidupan (sekulerisme) tak sepantasnya dilakukan oleh umat Islam khususnya dalam hal ini generasi muda saat mereka melaksanakan tata pergaulan dalam kesehariannya.
Sejarah Valentine Day
Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), menjelaskan berbagai sejarah tentang Valentine Day. Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala. Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa. Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur. Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Keuntungan Pengusaha Dibalik Promosi Si Merah Jambu
Seperti yang kita ketahui bersama menjelang tanggal 14 februari mulai banyak terpampang direstoran-restoran, mall-mall, hotel, atau tempat-tempat wisata dengan promosi-promosi untuk menarik perhatian para remaja. Hari Valentine masih dirayakan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu. Serba-serbi pink entah dalam bentuk bunga, boneka, bungkus coklat, atau barang-barang couple sudah siap dijajakan menarik perhatian. Melalui promosi-promosi yang mereka tawarkan menjadikan seolah dan Hari Valentine Day merupakan hari yang wajib untuk diraya kan bagi para muda mudi bersama pasangan mereka, menjadikan hari itu hari yang sangat special untuk orang yang dikasihi agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiologi sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
Pemuda Kembalilah pada Peran mu Sebagai Pembangun Peradaban
Saat ini pemuda banyak menyibukkan diri dengan tujuan hidup yang hanya untuk mendapatkan kesenangan dunia semata, segala hal dilakukan meskipun itu sebuah pelanggran. Sudah saatnya para remaja menyadari bahwa mereka memiliki kontribusi yang besar terhadap kemajuan baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, lingkungannya, bahkan untuk kemajuan negeri ini. Memberi perubahan yang besar harus diawali dengan perubahan yang kecil contohnya dengan memperbaiki kualitas diri, menjadi orang yang bermafaat , menebar kebaikan, dan berani mencegah keburukan bukan malah justru menjadi pemuda yang Hedonis, menghabiskan waktu untuk mencari kesenangan dunia saja, mengikut-ikut buday luar yang tidak ada faedahnya.
Islam telah mengatur seluruh tatanan hidup manusia, termasuk hbubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan manusia denagn manusia sekitarnya. Segala aturan yang ada bukanlah untuk menegkang kehidupan kita melainkan untuk keselamatan kita. Jadilah pemuda yang membawa perubahan dalam arti kebaikan. Berbenah diri dengan mulai mengkaji islam sevara Kaffah agar pelaksanaan didalam kehidupan sesuai dengan tuntunan-NYA. Semoga semakin banyak pemuda yang menyadari segala perayaan yang tidak mendatangkan faedah seperti halnya perayaan valentine day ini hanya akan merusak kehidupan mereka, tidak hanya untuk ssat ini tetapi juga bisa merusak masa depan mereka selamanya. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@ islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.