DIALAH Mush’ab bin Umair, seorang pemuda terkemuka di masa jahiliah, pemuda yang menjadi incaran para kaum hawa karena ketampanannya. Namun semua berubah tatkala ia masuk Islam. Ia menjadi pemuda miskin namun keteguhan imannya menjadikan ia sebagai pemuda pilihan yang diutus Rasulullah ke Madinah untuk menyampaikan Islam. Dia adalah duta Islam paling muda di masanya.
Pada saat Perang Uhud meletus, Mush’ab bin Umair turut berjuang. Bersama Abu Dujanah, keduanya melindungi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang terluka dan terjatuh dari kuda. Mereka dikepung oleh pasukan musuh.
BACA JUGA: Sebab Terjadinya Perang Uhud
Pasukan panah siap menghujani Rasulullah dengan panahnya. Abu Dujanah yang pemberani segera mendekap tubuh Rasulullah dan membiarkan tubuhnya terkena anak panah. Abu Dujanah pun syahid seketika.
Tinggallah Mush’ab seorang diri melindungi Rasulullah. Satu tangannya menghunus pedang dan satu tangannya yang lain memegang panji Rasulullah. Ia kibarkan panji itu seraya mengumandangkan takbir agar kaum Muslimin tahu jika Rasulullah masih hidup.
Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Suara Mush’ab terdengar lantang. Kaum Muslimin yang tersudut oleh serangan musuh berkobar lagi semangatnya mendengar teriakan Mush’ab.
Kaum kafir sangat tidak suka pada kelakuan Mush’ab. Mereka tidak ingin kaum Muslimin menang. Maka tampillah seorang kafir bernama Abu Qami’ah. Dengan wajah geram, ia tebas tangan Mush’ab dari belakang hingga tangan itu terputus.
Mush’ab merasakan perih dari lukanya. Ia berseru lantang, “Muhammad adalah rasul Allah dan didahului rasul-rasul sebelumnya,”
Mush’ab tak putus asa. Ia ambil panji itu dengan tangan kirinya, lalu ia kibarkan kembali di tengah peperangan. Abu Qami’ah sangat marah. Ia tak menyangka Mush’ab begitu teguh memperjuangkan panji yang diamanahkan kepadanya. Laki-laki kafir itu segera mengacungkan pedangnya. Ia tebas tangan kiri Mush’ab.
“Muhammad adalah Rasul Allah dan didahului rasul-rasul sebelumnya,” teriaknya lantang.
Mush’ab kembali merasakan perih dari lukanya. Dua tangannya telah buntung. Namun keteguhannya sungguh luar biasa. Dengan Sisa sisa tenaganya, ia raih panji itu kembali. Ia jepit panji itu di dadanya. Abu Qami’ah kehilangan kesabaran. Dari arah belakang, ia luncurkan tombak dan mengenai pinggang Mush’ab. Pemuda yang telah terluka itu pun jatuh tersungkur. Mush’ab menutup kehidupannya dengan kemuliaan syahid.
BACA JUGA: Cara Abu Thalhah Lindungi Rasulullah di Perang Uhud
Saat Perang Uhud usai, kaum Muslimin kehilangan begitu banyak sahabat. Rasulullah dan sahabat yang masih tersisa menemukan jenazah Mush’ab bin Umair di antara mereka. Air mata Rasulullah menetes.
“Ketika berada di Makkah, tak seorang pun yang pakaiannya lebih halus dan rapi rambutnya daripada engkau. Tapi sekarang, rambutmu kusut dan tubuhmu hanya dibalut sehelai burdah,” kata beliau.
Rasulullah memandang medan Uhud dengan penuh kesedihan. “Sungguh, di hari Kiamat kelak, di hadapan Allah, aku akan menjadi saksi bagi kalian, para syuhada,” kata beliau lagi. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015