TAUHID adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Tauhid adalah tiket bagi seorang manusia yang ingin merasakan nikmatnya surga. Lawan dari tauhid adalah syirik. Syirik adalah pemutus hubungan antara Allah dengan seorang hamba. Syirik dibagi menjadi dua, yakni syirik akbar dan syirik ashghar.
Syirik akbar (besar) adalah menjadikan selain Allah sebagai tandingan yang disejajarkan dengan Rabb semesta alam. Orang yang berbuat syirik mencintai tuhan selain Allah, bergantung kepada selain Allah, takut dan berharap kepada selain Allah, bertawakkal kepada selain Allah. Tentu saja Allah sangat tidak ridha dengan hamba-Nya yang berbuat syirik.
BACA JUGA: Praktek Syirik di Negeri Muslim
Syirik akbar dapat menghilangkan tauhid secara keseluruhan, pelakunya keluar dari Islam dan pelakunya tak dapat beralasan jika mati di atas kesyirikan tersebut, bahkan tiada ampunan bagi orang yang meninggalkan dunia ini dalam keadaan berbuat syirik, dan ia akan kekal di neraka, wal ‘iyadzu billah.
Sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa Ayat 48).
Juga dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah Ayat 72).
Adapun dengan syirik ashghar, maka tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, meskipun mengurangi nilai tauhid seseorang. Syirik ashghar hanya menghapus amal yang tercampur dengan syirik ashghar tersebut (bukan semua amal) dan tidak terancam kekal di neraka. Contoh bentuk kesyirikan ini yakni riya’. Riya’ adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya. Wal ‘iyadzu billah.
Allah ‘Azza wa Jallan berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi Ayat 110)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengkhawatirkan sifat ini atas umatnya, beliau bersabda, “Maukah kuberitahu tentang sesuatau yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) Al masih Ad Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika sesorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya.” (HR. Ahmad dalam musnadnya. Dihasankan oleh Syaikh Albani Shahiihul Jami’).
BACA JUGA: Macam-Macam Syirik Besar
Di antara bentuk syirik lainnya adalah bersumpah dengan nama selain Allah, seperti bersumpah atas nama bapaknya, atau tandingan lainnya, seperti Ka’bah dan lainnya.
Bentuk syirik ini tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, akan tetapi berkuranglah pahala amalnya bahkan sirna pahalanya jika lebih dominan dan mengalahkan keikhlasannya. Namun tentu saja, perbuatan syirik ini harus dihapus dengan bentuk taubat yang semata-mata untuk mengharap ridha Allah. Semoga amal kita selama ini diterima oleh-Nya. []
Sumber: Mahmud Mahdi al-Istanbuli, Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi, Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya. Ramadhan 1433 H. Nisaa’ Hauldar Rasul, Shuwaru min Hayati ash-Shahabiyat. Edisi Indonesia, Mereka Adalah Para Shahabiyat. At-Tibyan.