MALAM itu juga, seorang Yahudi di Makkah berkeliling menghampiri tempat berkumpulnya orang-orang Quraisy dan bertanya.
“Apakah pada malam ini di tempat kalian ada yang melahirkan seorang anak lelaki?”
BACA JUGA: Kisah Umair bin Wahab Al-Jumhani Menghunus Pedang Beracun untuk Mencelakai Rasulullah
Orang-orang heran melihat tingkah laku Yahudi ini dan menjawab, “Demi Allah! Kami tidak mengetahui.”
Yahudi itu berkata, “Ingat-ingat apa yang aku katakan kepada kalian. Malam ini telah lahir nabi umat ini.”
Orang-orang Yahudi memang telah menunggu-nunggu kedatangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Namun, setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam datang dan mengajak mereka agar bertauhid kepada Allah Swt., mereka justru mendustakan dan tidak mau percaya kepadanya.
Pada hari ketujuh setelah kelahiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam (Muhammad), Abdul Muthalib menyembelih temak dan mengundang para pembesar Quraisy untuk menghadiri walimah, makan bersama.
Saat acara walimah itulah, Abdul Muthalib memperlihatkan Muhammad. Para pembesar Quraisy melihat sang bayi dengan rasa kasihan karena anak ini yatim. Memang, ayah Muhammad telah meninggal sebelum sempat melihatnya.
BACA JUGA: Pelayannya pada Umar bin Abdul Azis: Demi Allah, Saya Lihat Engkau Selamat
“Engkau beri nama siapa, hai Abal Harits (panggilan untuk Abdul Muthalib)?” tanya salah seorang dari mereka.
“Telah aku beri nama Muhammad,” jawab Abdul Muthalib.
Orang-orang Quraisy heran, “Apa yang mendorong engkau memberinya nama Muhammad? Nenek moyangmu dan kaummu tidak ada yang memakai nama itu!”
Abdul Muthalib tidak hendak memberitahukan mereka bahwa Aminah, dalam mimpinya diperintahkan untuk memberinya nama Muhammad. Aminah meminta Abdul Muthalib agar tetap merahasiakannya.
Abdul Muthalib pun menjawab, “Aku berharap agar dia dipuji Allah di langit dan dipuji manusia di bumi.”
Walimah selesai dan pulanglah para tamu. Tidak seorang pun dari mereka yang tahu bahwa bayi yang mereka pandang dengan rasa kasihan itu, lahir untuk membebaskan mereka dari kegelapan ke jalan terang dan lahir dari doa Nabi lbrahim yang memohon ketika diperintah Allah Swt untuk membangun Ka’bah.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
BACA JUGA: Rasulullah di Gunung Uhud: Wahai Hamba-hamba Allah!
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Baqarah [2]: 127-129) []
Sumber: Mukjizat Cinta Rasul: Kisah Mulia Perjuangan Muhammad Saw/Karya: Abdul Hamid As-Sahhar/Penerbit: Mizan