SETIAP apa yang terjadi ada hikmah dan pelajaran. Termasuk ditimpa ujian, musibah atau hal apapun yang tidak disukai. Ujian dan masalah pasti akan menghadirikan duka kepada kita. Sebagai seorang Muslim, tentu kita memerlukan penawar duka yang berbeda dari orang lain.
Seseorang tidak akan bisa mengelak dari setiap apa yang ditetapkan Allah. Yang bisa dilakukannya hanyalah dengan menjalaninya dan mencari penawar hati yang berduka.
Penawar itu tak lain semua tersurat dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
1. Penawar Duka: Menganggap bahwa kedukaan adalah buah dari dosa sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nissa [4] : 79)
Sesali dan akuilah dosa dengan mencela keburukan diri sebagaimana yang pernah disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah,
“Apabila seorang mukmin merasa jalan keluar permasalahannya datang begitu lambat, berputus asa setelah banyak berdoa dan merendahkan diri di hadapan-Nya, dan belum tampak tanda-tanda doanya dikabulkan, (Maka hendaknya) ia berbalik mencela dirinya sendiri.
BACA JUGA: Apakah Hewan Bisa Memprediksi atau Membawa Kabar Duka?
Dia berkata kepada dirinya sendiri, “Sesungguhnya, berbagai musibah yang menimpaku ini dari dirimu. Seandainya ada kebaikan pada dirimu, niscaya doaku akan dikabulkan.”
Celaan ini lebih dicintai oleh Allah daripada banyak ketaatan. Sebab, celaan ini menunjukkan rendahnya sang hamba di hadapan Dzat Yang Menguasainya; mengaku di hadapan-Nya bahwa dia pantas mendapatkan berbagai musibah; dan mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang pantas dikabulkan doanya.
Ketika itu, pengabulan doa dan jalan keluar akan datang dengan cepat. Sebab, Allah bersama orang-orang yang merendahkan hatinya karena-Nya. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hlm. 225)
2. Penawar Duka: Menganggap kedukaannya karena Allah menginginkan dirinya berkedudukan tinggi di SisiNya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya seseorang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah, namun ia tidak mampu mencapainya dengan amal (kabajikannya), maka Allah terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya hingga Dia menyampaikannya kepada kedudukan tersebut.” (HR. Al-Hakim).
3. Penawar Duka: Menganggap kesedihannya karena Allah menghendaki kebaikan untuknya.
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hamba-Nya,
Allah akan menahan adzab baginya akibat dosanya (di dunia), sampai Allah membalasnya (dengan sempurna) pada hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi)
Betapa kesalahan dan kedukaan mengajarkan tentang arti penyesalan dan pengakuan kekurangan diri. Bahkan bisa menjadi wasilah yang mengantarkan seseorang ke surga Nya.
Ibnu Muflih rahimhullah berkata,
“Seandainya tidak ada berbagai musibah, niscaya seorang hamba akan menyombongkan diri, melampau batas, dan sewenang-wenang. Jadi, dengan musibah-musibah itu, Allah menjaga hamba dari semua hal tersebut dan membersihkan dosa-dosanya. Betapa Mahasuci Dzat yang merahmati dengan berbagai ujian-Nya dan yang menguji dengan nikmat-nikmat-Nya.” ( Al-Adab asy-Syar’iyyah, 2/191)
BACA JUGA: Dukamu kan Berganti Bahagia
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata,
“Allah Azza wa Jalla maha memiliki hikmah, Dia terkadang menguji seseorang dengan terjatuh ke dalam sebuah dosa untuk memperbaiki keadaannya.”
( Asy-Syarhul Mumti’, jilid 3 hlm. 51)
Hasan Al Bashri. seorang ulama era tabiin mengatakan, “Sungguh ada seorang yang melakukan dosa Lantas dia senantiasa ingat dosa tersebut dan khawatir dampak buruknya. Akhirnya dia pun masuk surga karenanya.”
(Az-Zuhd karya Imam Ahmad no 338)
Semoga tiga poin penawar duka ini menjadi penguat tatkala kedukaan tak kunjung usai.
Wallahu a’lam bi showab. []