TIDAK ada seorang pun yang mengetahui kapan bencana akan datang. Manusia hanya mampu mengetahui gejala-gejala dan memprediksikan kejadianya, akan tetapi hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang mengetahui pasti kapan datangnya.
Oleh karenanya merupakan hal baik untuk melakukan pengelolaan risiko bencana dengan baik. Pengelolaan risiko bencana adalah kegiatan penanggulangan bencana mulai dari sebelum, ketika dan pasca terjadinya bencana.
BACA JUGA: Da’i yang Dibenci Pengusung Kebathilan
Pada saat sebelum terjadinya bencana dapat dilakukan persiapan dan perencanaan penanggulangan bencana yang disebut tindakan preventif. Terdapat dua prinsip yang dapat dipahami sebagai dasar kegiatan preventif yakni, Pertama, memahami penyebab bencana dan Kedua, memahami peran manusia sebagai khalifah di muka bumi.
1 Memahami penyebab bencana
Memahami penyebab bencana penting untuk membuat rencana penanggulangan dalam rangka mengurangi risiko kerugian. Memahami sumber bencana dapat dilakukan dengan mengetahui kejadian bencana di masa lalu, sebab bencana utamanya bencana alam terjadi karena hukum sebab akibat dan memiliki siklus tertentu yang berulang. Usaha memahami sebab akibat ini dilakukan dengan akal dan ilmu pengetahuan. Allah berfirman,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الآخِرَةِ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَستَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُونَ وَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّماَ يَتَذَكَّرُ أُلُو الأَلْبَابِ (أية 9 من سورة الزمر)
Artinya: “(apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut dengan (azab) akhirat dan mengharap rahmat Tuhanya? Katakanlah: adakah sama orang yang mengetahui dan tidak mengetahui? Sesungguhnyalah orang-orang berakal yang mendapat pelajaran”. (QS Az-Zumar(39):9)
2 Memahami peran manusia sebagai khalifah
Manusia diberi tanggung jawab oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadi khalifah. Fungsinya tiada lain adalah untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi agar tercapai keharmonisan, keseimbangan dan keadilan. Oleh karenanya manusia dibekali akal pikiran (QS Al-Baqarah(2):30-33).
Akal manusia digunakan untuk memahami ayat Allah yang berupa firman atau ayat qauliyyah dan ayat kauniyyah atau kejadian. Ayat qauliyyah terdapat dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul. Sedangkan ayat kauniyyah tersebar dalam kejadian dan tanda-tanda alam maupun sosial. Keduanya memerlukan ilmu dan fikiran yang jernih untuk dipahami.
Dalam konteks kebencanaan, manusia sebagai khalifah menggunakan akal yang diberikan Allah lalu memahami ayat-ayat-Nya untuk mengatur sedemikian rupa agar risiko bencana dapat diminimalkan. Terdapat visi yang dapat digunakan dalam pengelolaan risiko bencana yakni, visi antar ruang dan visi antar waktu.
Pertama, visi antar ruang adalah memahami kondisi yang terjadi dalam lingkunganya dan sekitarnya. Memahami bahwa apa yang terjadi di sekitar dapat mempengaruhi kondisi lingkungan yang lainya. Kemudian dari sini diambil keputusan yang terbaik untuk menghadapinya. Allah berfirman,
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَولَ فَيَتَّبِعُونَ أحْسَنَهُ أُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ هَدَاهُمُ الله وَأُوْلَئِكَ هُمْ أُوْلُو الأَلْبَابِ (أية 18 من سورة الزمر)
Artinya: “yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah pentunjuk, dan mereka itulah orang-orang yang memiliki akal”. (QS Az-Zumar(39):18)
Kedua, visi antar waktu yakni memahami apa yang terjadi di masa lalu dapat berulang di masa kini, juga apa yang dilakukan masa kini berpengaruh terhadap masa depan. Dengan ini sebagai khalifah manusia harus memiliki perencanaan matang dan berkaca dari masa lalu. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا الله إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ( أية 18 من سورة الحشر)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha Mengethaui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Hasyr(59):18)
BACA JUGA: Sedekah Mampu Tolak 70 Macam Bencana, yang Paling Ringan…
Peran sekaligus tanggung jawab manusia sebagai khalifah ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Mengelola lingkungan menuju keharmonisan dan keadilan. Pengelolaan yang dimaksud Allah bukanlah ekploitasi dan pengerusakan. Allah Berfirman,
وَ أَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (أية 77 من سورة القصص)
Artinya: “…dan berbuat baiklah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukasi orang yang berbuat kerusakan”. (QS Al-Qasas(28):77I.
Jika eksploitasi dan pengerusakan yang terjadi maka bencana akan tinggi risikonya dan tidak dapat ditanggulangi lagi.
Hal-hal yang dapat menghambat pengelolaan risiko bencana
Terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat pengelolaan risiko bencana antara lain adalah:
- Menganggap ilmu pengetahuan kebencanaan tidak penting sehingga tidak belajar dari bencana masa lalu dan tidak mempelajari lingkungan sekitar.
- Tidak memiliki akses terhadap pakar/ahli ilmu kebencanaan sehingga tidak mengenal lingkungan sekitar dan risiko kebencanaan yang ada.
- Tidak memiliki biaya dan sumberdaya lainya sehingga persiapan tidak layak.
- Kurangnya akses kepada kebijakan sehingga tidak mampu memberikan masukan kebijakan yang mengelola risiko kebencanaan di lingkungan sekitarnya.
[]
SUMBER: MUHAMMADIYAH