ORANG-ORANG yang ada di dalam hatinya iman selalu tersadarkan jiwanya untuk mengingat hari akhirat. Namun ada di antara manusia yang tak pernah terbayangkan sama sekali baginya bagaimana akhirat, sedangkan hari-harinya dipenuhi dengan kesibukan dunia, harta dan nafsu.
Maka sangat wajar kalau akhirat bukanlah hal yang penting untuk menjadi bahan pikiran dan ambisi demi mencapai kebahagiaan hidup di sana kelak.
BACA JUGA: Iman Berbuah Cinta kepada Rasulullah
Mata hatinya telah ditutupi dengan keduniaan sehingga akhirat tidak lagi nampak. Di dalam Alquran surat Al-Isra ayat 72, Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”.
Maksud kebutaan di dunia pada ayat di atas para ahli tafsir memiliki dua pendapat, seperti yang ditulis Oleh Imam Ar-Razi dalam tafsirnya:
Pendapat pertama. Kebutaan ini bukanlah menunjukkan kebutaan mata di dunia, melainkan kebutaan hati, yaitu kebutaan hati di dunia dan di akhirat. Adapun kebutaan hati di akhirat ini mempunyai banyak penafsiran, di antara penafsiran yang disebutkan oleh ulama adalah:
1. Ikrimah meriwayatkan bahwa datang sekelompok orang dari yaman menemui Ibnu Abbas ra. bertanya tentang ayat ini, kemudian Ibnu Abbas menyuruh membaca ayat sebelumnya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra: 70)
Ibnu Abbas berkata: “Barang siapa yang buta matanya dari kenikmatan-kenikmatan ini yang telah ia lihat dan nampak dengan jelas maka di akhirat ia akan buta darinya”.
2. Al-Hasan berkata: “Siapa yang sesat dan kafir di dunia, maka di akhirat ia akan lebih buta dan sesat lagi. Karena kebutaan di dunia ketika ia bertaubat maka akan diterima taubatnya, sedangkan di akhirat tidak ada pengampunan.”
3. Bukanlah kebutaan di akhirat adalah kebutaan terhadap Allah, karena penduduk akhirat semuanya mengenal Allah. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah kebutaan dari jalan ke surga, karena barang siapanya di dunia buta dari mengenal Allah maka di akhirat ia buta dari jalan masuk ke dalam surga.”
4. Orang-orang yang buta hatinya di dunia itu terjadi karena ketamakan mereka dalam meraih dan menikmatinya. Keinginan ini semakin bertambah di akhirat, maka bertambah besarlah kerugian mereka. Mereka tidak memiliki cahaya sedikitpun dalam mengenal Allah, maka mereka tetap berada dalam kegelapan dan kerugian, Itulah arti kebutaan.
Perdapat kedua. Kebutaan di akhirat yang dimaksud adalah bukan hanya butanya hati, tetapi butanya mata dan penglihatan. Maka barang siapa di dunia buta hatinya dari mengenal Allah maka di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta mata dan penglihatannya. Sebagaimana firman Allah:
ونحشرهُ يَوْمَ القيامة أعمى قَالَ رَبّ لِمَ حَشَرْتَنِى أعمى وَقَدْ كُنتُ بَصِيراً قَالَ كذلك أَتَتْكَ اياتنا فَنَسِيتَهَا وكذلك اليوم تنسى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”. Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.” (QS. Thaha: 124-126)
BACA JUGA: Ini Doa Ketika Iman Tengah Turun
وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ القيامة على وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمّا
“Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak.” (QS. Al-Isra: 97)
Mudah-mudahan hati kita tidak ditutupi selalu dengan keduniaan sehingga keindahan kehidupan di akhirat selalu nampak terang di depan mata kita, ada bayang-bayangnya yang membuat kita rindu menuju ke sana, rindu bertemu Allah, rindu bertemu Rasulullah, rindu untuk dapat tinggal di surga. Sehingga kerinduan dalam mencapainya menjadi impian terbesar yang dapat diwujudkan. Amiin. Wallahu a‘lam bisshawab. []
SUMBER: IKADI