SEJAK April 2017, pihak berwenang Cina telah menahan setidaknya 800.000 dan mungkin lebih dari dua juta warga Uighur, etnis Kazakh dan anggota minoritas Muslim lainnya. Mereka diduga ditahan di “kamp pendidikan ulang”. Hal ini diungkapkan pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Scott Busby, sebelum Kongres pada 4 Desember.
Pemerintah Cina awalnya menyangkal adanya kamp-kamp ini. Namun, akhirnya mereka mengakui bahwa kamp ini hanyalah pusat pelatihan kejuruan, pendidikan untuk “memerangi ekstremisme”.
BACA JUGA: Fakta & Pengekangan Pemerintah Cina terhadap 10 Juta Muslim Uighur
Ada yang mengatakan bahwa penahanan warga Uighur merupakan salah satu krisis hak asasi manusia yang paling diabaikan di dunia.
Ilshat Hassan, seorang aktivis Uighur dan presiden Asosiasi Amerika Uyghur, dipaksa meninggalkan Cina pada tahun 2003 dan harus terpisah dari keluarganya sejak saat itu.
“Mereka (polisi) menggunakan listrik, tongkat, dan mereka menyetrum saya dua kali ketika saya diinterogasi,” kenang Hassan ketika menjadi guru di sebuah perguruan tinggi pelatihan kejuruan, dan telah ditangkap dua kali, dipukuli dan disetrum.
BACA JUGA: KAMMI Minta Indonesia Tegas kepada China soal Diskriminasi Muslim Uighur
Karena kehilangan kontak dengan keluarganya, saudara perempuan, dan dua keponakannya, Hassan menduga mereka telah ditangkap.
Pada Wawancara Khusus UpFront, Ilshat Hassan menceritakan kisahnya dan merefleksikan berita terbaru tentang orang-orang Uighur di Cina. []
SUMBER: AL JAZEERA