YAMAN-Â Ketika mayoritas umat Muslim dunia merayakan Ramadan dengan makanan spesial saat berbuka atau sahur, jutaan warga Yaman kehilangan akses atas makanan. Perang yang sudah dua tahun melanda Yaman, membuat negara tersebut mengalami krisis kemanusiaan yang sangat parah.
Berdasarkan data sejumlah organisasi kemanusiaan, setidaknya 17 juta warga Yaman tidak memiliki cukup makanan. PBB menyebut apa yang terjadi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terbesar di era modern.
Seorang pemilik toko bahan makanan di Hodeidah bernama Yahya Hubar menuturkan, tahun ini dia tidak memiliki pasokan bahan makan yang cukup untuk dijual selama bulan Ramadan. Hal ini berdampak juga kepada warga Yaman, yang tidak memiliki cukup bahan makanan untuk dibeli saat bulan Ramadan.
“Penjualan kali ini adalah yang terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun lebih buruk dari sebelumnya,” kata Hubar, seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (29/5/2017) kemarin.
Sementara itu, Nabil Ibrahim, salah seorang warga Hodeidah mengatakan, langkanya bahan makanan membuat warga harus berebut untuk bisa mendapatkan bahan makanan. Dia menambahkan, kondisi ini membuat harga melambung sangat tinggi, sehingga tidak semua orang bisa membeli bahan makanan yang ada.
“Situasi kami sangat berat, kami belum dibayar selama beberapa bulan. Kebutuhan pokok sulit didapat dan harganya tinggi. Kami melihat barang yang tidak bisa kami beli,” kata Ibrahim.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh UNICEF beberapa waktu lalu, lebih dari dua juta anak-anak kekurangan gizi akut di Yaman, di mana seorang anak balita meninggal setiap 10 menit karena penyakit yang dapat dicegah. Negara ini juga menghadapi wabah kolera, yang sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 29.000 orang.[]