Oleh: Kanti Rahmillah, M.Si
Bulan Ramadhan bulannya berlatih kesabaran. Untuk seorang Bunda, pastilah kesabaran mengasuh anak menjadi perhatian penting. Berbicara pengasuhan. Banyak sekali ilmu yang harus kita pelajari, tentu ilmu yang berbuah pada amal. “Jadilah orang tua betulan, jangan jadi orang tua kebetulan”. Kata-kata abah Ihsan ini, cukup menjadi dorongan bagi kita untuk terus mencari ilmu terkait pengasuhan.
Begitu banyak realitas buruk, tentang kehidupan pergaulan remaja saat ini. Penyimpangan perilaku sex menjadi fenomena tersendiri, sungguh memprihatinkan. Bisa jadi, salah satu penyebabnya adalah minimnya edukasi mengenai sex pada anak. Namun seperti apakah pendidikannya? tentu harus penuh dengan kehati-hatian. Karena bisa jadi, bukannya mengedukasi, tapi malah menstimulus nalurinya.
Islam punya solusi
Bunda-bunda solihah yang dirahmati Allah. Pernah mungkin suatu ketika, kita melihat anak-anak balita kita memainkan alat vitalnya. Nah, bunda tak perlu khawatir. Tak perlu gusar dan memarahi si anak. Karena pada usia 3-6 tahun. Anak sedang mengalami fase memperoleh kenikmatan dari sentuhan pada alat genitalnya.
Kenikmatan pada anak-anak di fase tersebut berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak belum memiliki fantasi seksual dalam fikirannya. Sehingga jika hal demikian terjadi, jangan memarahi anak, justru disitulah waktu yang tepat memberikan pendidikan sex pada anak.
Tentu penjelasannya harus sesuai dengan kapasitas berfikir anak. Misalnya kita bisa jelaskan pada ananda “kalo anak laki-laki itu punya penis, fungsinya untuk pipis. Dede pernah pipis kan? nah, itu untuk pipis bukan untuk mainan. Kalo dipegang-pegang terus, nanti bisa lecet, terus kalo pipis bisa sakit”.
Dari sini kita harus semakin sensitif, ketika ananda berulang melakukannya, segera diajak bermain untuk mengalihkan aktivitasnya tadi. Tak lupa hadirkan ayah sebagai teladan. Ketika anak melihat sang ayah tidak memegang penisnya di tempat umum. Anak pun akan meniru kebiasaan idolanya.
Pendidikan sex pada anak, memang harus sedari awal. Agar jangan sampai, anak mengetahuinya dari sumber yang tidak Islami. Ada beberapa pokok pendidikan sex secara praktis yang dapat diterapkan sejak dini, dari sudut pandang Islam. Dikutip dari tulisan Bu Zulia Ilmawati, yang berjudul “ Pendidikan Sex pada Anak”. Beliau adalah seorang pemerhati anak dan keluarga.
1. Menanamkan rasa malu pada anak
Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Dan membiasakan anak untuk selalu menutup auratnya.
2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan.
Berikan pakaian yang sesuai dengan jenis kelamin anak, sehingga mereka terbiasa untuk berprilaku sesuai dengan fitrahnya.
Mereka juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata:
Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).
3. Memisahkan tempat tidur mereka
Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya.
Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Dengan pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.
4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)
Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Dengan pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur.
5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.
Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training).
Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.
6. Mengenalkan mahram-nya
Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati.
Dengan memahami kedudukan perempuan yang menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak.
7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.
8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât
Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang diboleh-kan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa sekarang sudah dinggap biasa. Karena itu, jangan biasakan anak diajak ke tempat-tempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.
9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat
Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. Jika dengan yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak ber-khalwat.
10. Mendidik etika berhias
Berhias berarti usaha untuk memperindah atau mempercantik diri agar bisa berpenampilan menawan yang dilakukan secara berlebihan, sehingga menimbulkan godaan bagi lawan jenisnya. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat.
11. Ihtilâm dan haid
Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Adapun haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilâm dan haid tidak hanya sekadar untuk bisa memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata.
Jika terjadi ihtilâm dan haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk melakukan mandi.
Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat.
Demikianlah poin-poin edukasi sex pada anak. Mudah-mudahan anak-anak kita khususnya, dan anak Indonesia umumnya. Tumbuh menjadi anak-anak yang bermanfaat bagi umat. Memahami apa yang seharusnya dilakukan. 11 poin diatas hanyalah ikhtiar manusia semata. Maka jangan lupa mendoakan anak kita, agar mereka terhindar dari marabahaya. []