SRINAGAR — Penduduk Kashmir merayakan Idul Adha di tengah konflik dan ketegangan. Tak seperti kebanyakan muslim di berbagai negara yang merayakan Idul Adha dengan penuh sukacita, muslim di Kashmir, India, beridul Adha dalam suasana prihatin.
Pemerintah India melonggarkan jam malam untuk memberikan kesempatan kepada umat Muslim mempersiapkan Idul Adha. Seorang pejabat tinggi administrasi Baseer Khan mengatakan, komoditas penting, termasuk makanan, biji-bijian, dan daging akan dikirim ke berbagai wilayah pada Ahad (11/8/2019). Sementara itu, sejumlah besar pasukan tetap berada di jalan-jalan dan memperketat keamanan.
BACA JUGA: Pasca Shalat Idul Adha, Bentrokan Pecah di Kashmir
Pada Kamis (8/8/2019) Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pidatonya mengatakan, orang-orang Kashmir dapat merayakan Idul Adha tanpa masalah. Dia mengatakan persediaan makanan bagi warga Kashmir tercukupi.
Namun, warga Kashmir menyatakan, mereka tidak leluasa merayakan Idul Adha karena semua orang diawasi dengan ketat. Kawat-kawat berduri juga tampak menghiasi sejumlah jalan.
“Mesin-mesin ATM kehabisan uang tunai, jadi ada antrean di setiap mesin di mana mungkin tersedia uang. Orang-orang juga membutuhkan makanan untuk Idul Adha,” ujar seorang warga Kashmir.
Aljazirah melaporkan, pembatasan jam malam di wilayah Srinagar dan sebagian besar wilayah Jammu telah dikurangi sehingga warga setempat dapat berbelanja membeli kebutuhan untuk Idul Adha. Adapun stasiun pengisian bahan bakar masih ditutup dan apotek kehabisan stok pasokan medis penting, seperti insulin.
BACA JUGA: India-Pakistan Bersitegang Rebutan Kashmir, Kenapa Dunia harus Khawatir?
Pemerintah India juga mematikan jaringan komunikasi, termasuk telepon rumah dan internet, sehingga warga Kashmir tidak dapat berkomunikasi dengan sanak saudara ketika Idul Adha.
Pembatasan itu merupakan imbas dari insiden yang terjadi pada Jumat lalu. Kala itu sekitar 8.000 warga Kashmir melakukan aksi protes setelah shalat Jumat. Sejumlah warga dilaporkan mengalami luka-luka ketika polisi menembakkan gas air mata dan senapan angin.
Aksi protes tersebut dipicu adanya kebijakan pencabutan status istimewa Jammu dan Kashmir oleh pemerintah India. Para pemimpin dan warga Kashmir khawatir langkah ini adalah upaya pemerintah India untuk mengubah demografi negara mayoritas Muslim. []
SUMBER: AL JAZIRAH