GADGET (gawai) telah menjadi alat yang wajib dimiliki setiap orang. Dengan serangkaian fitur yang bisa membuat orang-orang betah memegang gawai, tentu hal ini membawa dampak positif dan negatif. Apalagi untuk anak-anak. Lalu bagaimana pengaruh gawai bagi perkembangan anak?
Pengaruh gadget bisa sangat baik terhadap kemampuan kognitif anak. Dibandingkan membaca atau melihat gambar pada buku, anak-anak lebih tertarik dengan gambar-gambar yang bergerak dan bersuara. Anak-anak bisa menonton video edukasi melalui berbagai aplikasi.
BACA JUGA: Buku vs Gadget; Siapa Paling Greget?
Namun di sisi lain, memberikan gadget kepada anak bisa berbalik arah jadi hal yang negatif. Salah satunya adalah gadget terbukti berpengaruh terhadap kemampuan bicara anak.
Seorang spesialis jiwa anak dan remaja, dr. Gitayanti Hadisukanto, Sp.KJ(K) mengungkapkan bahwa pemberian gawai di bawah usia lima tahun akan mengurangi rangsangan pada interaksi sosialnya. dr. Gita menjelaskan karena gawai tidak butuh respon anak, sehingga sulit untuk berinteraksi dan hal ini berdampak pada proses bicaranya.
Penelitian yang dipresentasikan di Pediatric Academic Societies Meeting di San Francisco menjelaskan hal ini. Catherine Birken, seorang dokter anak di Hospital for Sick Children in Toronto Kanada menemukan adanya hubungan antara penggunaan gawai dengan kemampuan bicara pada anak.
Dari tahun 2011 hingga 2015, Birken menanyakan kepada orangtua yang memiliki anak berumur 6 hingga 24 minggu, berapa lama mereka biasa diberikan waktu menonton lewat layar gawai. Nah, 20 persen dari anak-anak yang terlibat dalam penelitian ini menggunakan gadget paling tidak selama 28 menit setiap harinya.
BACA JUGA: Jangan Kaget, Ternyata Wanita Lebih Dekat dengan Gadget Ketimbang Lelaki?
Hasilnya, mereka menemukan bahwa setiap tambahan 30 menit waktu yang digunakan untuk bermain gawai dapat meningkatkan risiko terlambat bicara atau speech delay hingga 49 persen. Sedangkan bentuk komunikasi lain seperti bahasa tubuh, emosi, hingga tatapan mata tidak terpengaruh.
Namun, Barken mengunggapkan bahwa riset lanjutan masih diperlukan, misalnya riset eksperimental untuk membuktikan pengaruhnya secara klinis. Namun, riset awalan ini dapat menjadi acuan ke depan bagi para orangtua dan tenaga kesehatan anak. []
SUMBER: AKTUAL |HELLOSEHAT