JAKARTA–Peneliti mikroplastik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Reza Cordova meneliti perilaku hewan laut dalam merespon sampah di laut. Hasilnya, hewan laut sulit membedakan antara sampah dengan mangsanya.
“Biota laut nggak bisa bedakan mana makanan, mana plastik. Mereka buka mulut saja langsung dimakan. Apalagi kalau paus besar mulutnya. Penyu juga gitu,” kata Reza, Kamis (22/11/2018).
Reza menjelaskan, ketika mengonsumsi sampah, hewan laut akan menderita penyakit, terutama masalah pencernaan. Apalagi bila sampah terakumulasi menjadi banyak di dalam tubuh.
Baca Juga: Nahas, dari Potongan Kayu hingga Sandal Jepit Ditemukan dalam Perut Bangkai Paus Ini
“Pas termakan (mengalami) gangguan pencernaan. Bisa luka atau tak bisa serap makanan karena tertutup plastik. Lambat laun di paus itu luka pencernaan tak bisa dikeluarkan sisa makanan dan mati pelan-pelan,” ujarnya.
Reza mengatakan sampah laut didominasi plastik sebanyak 36-38 persen. Bentuknya berupa plastik sekali pakai, seperti kantong kresek, sedotan, dan gelas plastik. Selebihnya sampah kayu olahan, logam, kaca, dan bahan berbahaya.
Baca Juga: Miris, Isi Perut Bangkai Paus Ini Penuh Sampah
“Sampah plastik 80 persen dari kegiatan darat. Kalau mau tahan kerusakan lingkungan ya manajemen sampah dari darat,” imbaunya.
Reza mengaku khawatir makin banyaknya sampah berpotensi meningkatkan angka kematian hewan yang mengonsumsinya di kemudian hari.
“Kalau disebut penyebab kepunahan itu jadi satu faktor saja. Cuma utamanya mempercepat kematian dan jadi penyakit bagi hewan,” katanya. []
SUMBER: REPUBLIKA.CO.ID