DEMI mencegah infeksi Covid-19, pemerintah Indonesia menyerukan semua orang untuk memakai masker sesuai rekomendasi WHO. Namun masker yang direkomendasikan digunakan bukanlah masker N-95 atau masker bedah, karena masker ini hanya boleh dipakai tenaga medis yang merawat pasien Covid-19.
Untuk itu, masyarakat bisa membuat masker alternatif untuk melindungi diri dari wabah Corona. Namun sebelum membuat masker kain sendiri, tidak ada salahnya memahami riset dari Cambridge University yang membuat penelitian untuk mengukur efektivitas berbagai bahan atau kain perlengkapan rumah tangga yang kerap digunakan ketika membuat masker sendiri.
BACA JUGA: Dokter yang Rawat Menhub Meninggal, Ini Daftar 18 Dokter RI yang Meninggal karena Pandemi Corona
Untuk mengujinya, mereka menembakkan bakteri Bacillus Atrophaeus (0,93-1,25 mikron) dan virus Bacteriophage MS (0,023 mikron) pada bahan rumah tangga yang berbeda. Selanjutnya mereka mengukur presentase kemampuannya menangkap virus dan bakteri dari berbagai bahan atau kain tersebut lalu membandingkannya dengan masker bedah.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kinerja dari masker bedah lebih unggul daripada masker kain. Masker bedah mampu menangkap 97% dari bakteri 1 mikron. Sedangkan untuk masker kain yang terbuat dari kain-kain yang biasa ada di perlengkapan rumah tangga, presentasenya adalah sebagai berikut:
1. Bahan kantong di alat penyedot debu (vacuum cleaner bag) 95%
2. Kain lap piring 83%
3. Kain kemeja katun campuran 74%
4. Kain kemeja katun asli tanpa campuran 69%
5. Sarung bantal anti mikroba 65%
6. Syal 62%
7. Sarung bantal 60%
8. Sutra 58%.
Namun sayangnya tes di atas hanya menggunakan bakteri berukuran 1 mikron, sedangkan virus Corona hanya 0,1 mikron. Untuk itu para ilmuwan kembali mengujinya dengan menggunakan 0,02 mikron partikel Bacteriophage MS2, yang 5 kali lebih kecil dari virus Corona.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa masker buatan sendiri menangkap 7% lebih sedikit daripada partikel bakteri yang lebih besar. Namun semua bahan buatan rumah mampu menangkap setidaknya 50% partikel virus, kecuali syal yang hanya 49%.
Peneliti juga menguji jika masker tersebut digandakan jadi dua lapis kain. Riset tersebut menguji partikel ukuran virus terhadap versi double layer dari handuk, sarung bantal, dan kain katun 100%.
Hasilnya ternyata lapisan ganda tidak terlalu efektif. Sarung bantal berlapis ganda hanya menangkap 1% lebih banyak partikel dan kemeja lapis ganda 2% lebih banyak daripada yang berlapis tunggal. Namun dengan menambahkan lapisan dari kain lap piring maka itu akan meningkatkan kinerjanya hingga 14%. Hal itu membuat kain lap piring atau handuk sama efektifnya dengan masker bedah.
BACA JUGA: Ungkap Kenapa Kasus Covid-19 Merebak, BMKG: Seharusnya Virus Corona Tak Bisa Hidup di Indonesia
Walaupun menurut data penelitian bahan kantong di alat penyedot debu dan kain lap piring adalah bahan yang paling efektif untuk menangkal virus dan bakteri, tetapi para peneliti tidak menyarankan keduanya untuk dijadikan sebagai bahan pembuat masker. Hal ini dikarenakan masalah ketidak nyamanan yang mungkin akan ditimbulkan dari penggunaan masker tersebut.
Salah satu faktor kenyamanan yang penting adalah kemudahan untuk bernapas saat menggunakan masker. Kenyamanan itu akan mempengaruhi seberapa lama kamu bisa menggunakan masker tersebut. Sayangnya, itu tidak ditemukan pada bahan tas penyedot debu dan kain penutup makanan.
Oleh karena itu berdasarkan penangkapan partikel dan kemampuan bernapas, para peneliti menyimpulkan bahwa kaus katun dan sarung bantal adalah bahan terbaik untuk membuat masker penutup wajah sendiri. Bahan-bahan tersebut mampu menyaring sekitar 50% partikel 0,2 mikron, ukuran yang hampir sama dengan virus Corona. Selain itu bahan tersebut juga lebih memudahkan bernapas sehingga pemakainya akan merasa lebih nyaman walupun dalam waktu yang lama. []
SUMBER: DETIK