INSOMNIA atau gangguan tidur biasa dialami oleh banyak orang. Terutama bagi mereka yang hobi begadang, kerja shift atau kecanduan gawai hingga lupa dengan tidur. Namun kita tidak boleh meremehkan masalah yang satu ini. Mengapa?
Berdasarkan penelitian, insomnia dapat menyebabkan buruknya kualitas tidur yang berdampak pada kesehatan hingga psikologis seseorang.
Insomnia memiliki dua jenis, yakni akut dan kronis. Insomnia akut berjangka pendek dan cenderung sembuh tanpa pengobatan apapun. Insomnia kronis, setidaknya tiga malam per minggu mengalami kesulitan tidur.
Jenis insomnia kronis biasanya disebabkan kebiasaan tidur yang tidak sehat, shift malam, dan gangguan lainnya. Efeknya, mengurangi produktivitas dan kualitas hidup seperti kurang fokus, kelelahan, kurang fit, mudah tersinggung, dan performa buruk.
“Kondisi lainnya dapat menyebabkan emosional tingkat tinggi, depresi, kecemasan, hingga sakit jiwa,” ujar psikolog klinis Aurora Lumbantoruan dalam acara peringatan ‘World Sleep Day’ di Hotel Four Points Jakarta, Senin (12/3/2018), Halallifestyle melaporkan.
Insomnia bisa menyebabkan sakit jiwa atau gangguan mental memang tidak langsung jadi penyebabnya. Tapi, sejumlah penelitian menemukan adanya potensi besar kemunculan depresi dan kecemasan.
Sebuah penelitian di Michigan, AS mengamati seribu orang berusia 21 hingga 30 tahun. Pada wawancara pertama, orang insomnia memiliki risiko empat kali lebih besar menderita depresi ketika diwawancara lagi tiga tahun setelahnya. Studi juga melaporkan bahwa sekitar 27 persen pasien mengalami kecemasan akibat insomnia.
Insomnia juga menyebabkan pikun atau gampang lupa karena fungsi otak yang merosot tajam. Selama tidur, saraf otak menyimpan ingatan dan punya kesempatan memperbaiki diri.
Seorang ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland di Amerika Serikat (AS) dr. Avelino Verceles megatakan, otak merekam berbagai hal yang telah dipelajari dan alami selama seharian ke dalam ingatan jangka pendek saat tidur. []
SUMBER: HALALLIFESTYLE