SAAT ini agama Islam merupakan agama yang tingkat pertumbuhannya sangat cepat di dunia. Hal ini diungkapkan oleh sebuah studi dari Pusat Penelitian Pew. Pertumbuhan Islam tidak hanya pesat terjadi di negara mayoritas Muslim, tetapi juga di benua Eropa yang mayoritasnya non Muslim. Diprediksikan, beberapa dekade mendatang, penduduk Muslim Eropa akan tumbuh sebanyak 10 persen.
Dilansir laman CNN, Senin (20/3/17), pada rentan waktu tahun 2010 sampai 2050, populasi pemeluk Islam akan mengalami pertumbuhan mencapai 73 persen di dunia. Sementara untuk pertumbuhan pemeluk agama Kristen dan Hindu, akan mengalami pertumbuhan masing-masing sebanyak 35 persen dan 34 persen dalam periode waktu yang sama.
Agama Kristen saat ini memang menjadi agama terbesar di dunia. Namun, menurut penelitian, pada akhir abad nanti Agama Islam justru akan melampaui Agama Kristen sebagai agama terbesar di dunia. Badan penelitian tersebut juga mengungkapkan hal paling krusial yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan Islam yang menjadikannya agama terbesar.
Menurut Pew, hal krusial tersebut adalah karena perempuan Muslim memiliki tingkat keturunan rata-rata lebih banyak daripada agama-agama lain. Penelitian itu juga mengungkap bahwa penganut Islam rata-rata tujuh tahun lebih muda dari non Muslim.
Dari penelitian tersebut juga disebutkan bagaimana dunia akan menyoroti umat Muslim, termasuk oleh cara pandang Amerika Serikat terhadap Islam.
Studi ini mengungkap bahwa orang-orang yang berkiblat kepada Partai Republik memiliki pandangan lebih negatif tentang Muslim di AS dibanding tahun 2002 silam, setahun setelah serangan 9 November dilakukan. Namun, hal itu justru berbanding terbalik dengan mereka yang mendukung Partai Demokrat.
Saat ini, status orang Muslim di AS tengah berada dalam situasi yang tidak menentu. Terlebih dengan adanya perintah eksekutif dari Donald Trump yang melarang enam warga negara mayoritas Muslim masuk ke AS.
“Saya pikir Islam membenci kita,” kata Trump saat dirinya masih melakukan kampanye jelang pemilu AS.
Keyakinan tersebut yang membuat Trump begitu ngotot ingin memberlakukan kebijakan tersebut, kendati dua hakim federal telah menolaknya. Trump juga mengatakan akan terus berjuang agar perintah eksekutif tersebut bisa berlaku. []
SatuMedia