KISAH bahtera Nuh, telah dikenal di kalangan umat beragama baik Islam, Nasrani, maupun Yahudi. Diriwayatkan bahwa pada masa Nabi Nuh berdakwah, dia diperintahkan untuk membuat sebuah bahtera atau perahu superbesar. Kala itu Nabi Nuh ditertawakan dan diolok-olok. Namun, ketika banjir datang, Nabi Nuh dan pengikutnya berhasil delamat dengan menaiki bahtera tersebut.
Di masa sekarang, para arkeolog telah melakukan penelitian dan penggalian arkeologi untuk membuktika kebenaran peristiwa tersebut. Mereka juga mencari lokasi pasti keberadaan bahtera Nuh yang termansyur.
Ayat-ayat Al-Quran telah menyebutkan adanya bencana banjir sebagai balasan yang secara khusus Allah timpakan kepada kaum Nabi Nuh as.
“(Telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan para rasul, Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Kami pun telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih.” (QS Al-Furqan: 37)
BACA JUGA: 13 Fakta Bahtera Nabi Nuh
Ayat-ayat Al-Quran yang lain pun secara terperinci menggambarkan situasi penumpang bahtera Nuh as dan bagaimana dia mematuhi perintah Allah.
“… hingga apabila perintah Kami datang dan dapur (perut bumi) telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing- masing binatang sepasang-sepasang jantan dan betina) dan keluargamu, kecuali orang yang telah ditetapkan suatu keputusan untuk mereka, dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman,’ dan tidaklah beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.” (QS. Hud:40)
Ayat-ayat berikutnya, yaitu ayat 41-49 dari Surah Hud dan ayat 30-33 Surah Al-Mu’minun mengandung kisah kejadian banjir besar dan menyebutkan Gunung Judiy, yaitu puncak Gunung Ararat di sebelah timur Turki.
Dalam buku “Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an”, karya Nadiah Thayyarah diungkap pula kisah banjir pada zaman Nabi Nuh dan kaumnya beserta pengetahuan arkeolog dalam penemuan benda bersejarah peninggalan banjir pada masa tersebut.
Dinyatakan bahwa, sesungguhnya kandungan ayat-ayat Al-Quran tersebut selaras dengan ilmu-ilmu sejarah dan fakta-fakta arkeologis modern. Hal itu terlepas dari kemungkinan untuk disanggah dan sudah pasti berbeda dari pengetahuan manusia pada saat Al-Quran itu turun.
Sir Leonard Woolley, seorang ilmuwan pimpinan forum arkeolog yang dihadiri oleh delegasi British Museum dan delegasi Pennsylvania University dalam upaya penggalian arkeologis di Tell el-Obeid, utara kota Ur di Irak, pun menyepakati itu.
Melalui penggalian, ditemukan sejumlah lapisan yang sangat dalam. Dan di sana tertanam banyak bejana dan patung-patung yang sangat berharga serta bagian-bagian tanah kering yang ter-pahat padanya bekas-bekas batang bambu.
Melalui pemeriksaan mikroskopis terhadap sejumlah lapisan tanah, Sir Leonard membuktikan ternyata tanah tersebut mengandung materi yang tersapu air pada suatu masa dari bagian tengah sungai Eufrat dalam kejadian banjir besar setinggi tak kurang dari 25 kaki.
Pendapat sang ahli menegaskan bahwa banjir tersebut tidak terjadi secara global, tapi memang skalanya sangat besar hingga menjangkau lembah Tigris dan sungai Eufrat. Banjir itu bahkan menenggelamkan daerah-daerah sekitar gunung di belahan timur dan perbukitan padang pasir di sebelah baratnya, yang merupakan kawasan yang paling banyak dihuni manusia pada masa itu.
BACA JUGA: Banjir Nabi Nuh, Seluruh Dunia Terendam Air?
Setelah kejadian banjir besar tersebut, ada penduduk sekitar Lembah Tigris yang mencatat kisah itu di atas 12 keping barang tembikar. Mereka mengisahkan tenggelamnya para penduduk setempat dan hanya ada seorang lelaki saleh yang selamat karena membuat bahtera dan menyelamatkan anggota keluarganya serta hewan ternak dan hewan melata.
“Hanya merekalah yang ditetapkan selamat dari bencana itu,” demikian cuplikan dari The Earth We Live on karya Routh Moore yang diterjemahkan oleh Ismail Haqqiy.
Ini semua sejalan dengan teks ayat-ayat Al-Quran yang turun setelah banjir besar tersebut. Sejalannya temuan-temuan arkeologis dengan ayat-ayat Al-Quran ini menunjukkan kemukjizatan ilmiah Al-Quran, karena ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa banjir menyapu seluruh kaum Nuh as dan tidak menunjukkan terjadinya banjir secara global.
Tidak ada dalil bahwa manusia, kaum Nuh as yang diazab itu, menempati seluruh kawasan bumi. Tetapi hanya menempati suatu kawasan tertentu yang tersapu air bah. []
Referensi: Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an”/Karya: Nadiah Thayyarah/Penerbit: Zaman/Tahun: 2014