”Lalu, Kami wahyukan kepada Musa, ‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.’ Maka, terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS Asysyuara [26]: 63).
“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (QS Albaqarah [2]: 50).
”Dan, Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu. Maka, setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, Bani Israil berkata, ‘Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).’ Musa menjawab, ‘Sesungguhnya, kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)’.” (QS Al-A’raf [7]: 138).
”Maka, pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus [10]: 92).
AYAT-ayat di atas adalah sebagian dari kisah yang diterangkan dalam Alquran tentang pengejaran Firaun terhadap Nabi Musa AS, Nabi Harun, dan kaum Bani Israil, pengikut Musa.
Ketika mereka (Musa dan kaumnya) meninggalkan Mesir, Firaun tampak sangat marah. Ia merasa Bani Israil sudah tidak mempercayainya lagi. Karena itu, ketika Musa dan kaumnya pergi meninggalkan Mesir, Firaun memerintahkan pasukannya untuk mengejar dan menangkap Musa dan kaumnya.
Dalam perjalanan pengejaran tersebut, saat Musa dan kaumnya berada di pinggir pantai, Bani Israil merasa khawatir kalau mereka akan terkejar oleh Firaun dan pasukannya. Nabi Musa AS mengingatkan kaumnya bahwa mereka tidak akan terkejar karena Allah pasti akan menolongnya.
Hingga akhirnya, Allah memerintahkan Nabi Musa AS untuk memukulkan tongkatnya ke lautan dan atas izin Allah. Maka, terbelahlah lautan tersebut, yang tiap-tiap sisi belahan laut itu setinggi gunung (QS 26: 63).
Maka, Musa dan kaumnya menyeberangi lautan tersebut hingga tiba di seberangnya. Sementara itu, Firaun dan pasukannya sedang berada di tengah-tengah lautan. Ketika itu pula, Allah memerintahkan Musa supaya memukulkan kembali tongkatnya hingga akhirnya tertutuplah lautan tersebut dan menenggelamkan Firaun beserta pasukannya.
Sampai kemudian, jasadnya berhasil ditemukan oleh orang-orang Mesir dan kemudian tubuhnya diawetkan (QS Yunus [10]:92). Jasadnya hingga kini masih dapat disaksikan di Museum Tahrir, Mesir.
Penemuan roda kereta Firaun di Laut Merah
Dugaan dan penafsiran yang makin menguatkan penemuan jasad Firaun dan peristiwa yang menimpanya di Laut Merah itu, adalah dengan ditemukannya roda kereta Firaun di laut tersebut.
Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt, melalui situsnya www.wyattmuseum.com, pada akhir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar Laut Merah.
Menurut Wyatt, benda-benda tersebut kemungkinan merupakan bangkai kereta tempur Firaun yang tenggelam di lautan ketika ia dan pasukannya mengejar Musa bersama para pengikutnya.
Wyatt menyatakan, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, bersama timnya ia juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda di tempat yang sama. Temuan ini makin memperkuat dugaan kebenaran tenggelamnya Firaun bersama balatentaranya di Laut Merah.
Hasil pengujian, yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan, menunjukkan bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam.
Selain itu, Wyatt juga menemukan sejumlah poros roda dari salah satu kereta kuda tersebut dan sebuah roda dengan empat buah jeruji yang terbuat dari emas. Namun, poros roda itu tertutup oleh batu karang sehingga sangat sulit untuk mengenali bentuk aslinya secara jelas.
Penemuan benda-benda tersebut serta jasad Firaun hendaknya menjadi pelajaran bagi manusia untuk mengambil hikmah. []
Sumber: Republika, Wyatt Museum.