PADA masa dinasti Abbasiyah, penerjemahan kitab gencar dilakukan. Tak tanggung-tanggung, penerjemahan kitab yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu, mendapat dukungan penuh dari khalifah.
Salah satu penerjemah yang terkenal pada masa itu, yakni Hunain bin Ishaq Al Ibad ditunjuk oleh Khalifah Al Ma’mun untuk memimpin bagian penerjemahan di Bait al-Hikmah, Baghdad. Saat itu Hunain bin Ishaq baru berusia 21 tahun.
Di ‘Rumah Kebijaksanaan’, tim penerjemahan memiliki fungsi yang sangat krusial. Tanpanya, geliat studi ilmu pengetahuan dan sains menjadi beku. Penerjemahan kitab ke dalam bahasa Arab menjadi kunci bagi para ilmuwan muslim untuk dapat menyerap ilmu pengetahuan dari pelbagai kebudayaan dunia.
BACA JUGA:Â Bait Al Hikmah, Paduan Sains dan Spiritualitas dalam Sejarah Peradaban Islam
Para sarjana Arab mengakui, peradaban Islam saat itu terbilang muda bila dibandingkan dengan pelbagai kebudayaan besar yang sudah lama muncul, semisal Romawi, Yunani, India, atau China. Namun, dengan semangat literasi yang tecantum dalam QS al-Alaq ayat pertama, Iqra! Kemajuan peradaban Islam dimulai.
Membaca menjadi proses yang sangat penting. Dan, mustahil membaca dengan baik teks-teks asing jika tanpa didukung penerjemah.
Tim yang dipimpin Hunain bertugas menerjemahkan karya-karya ilmiah dari pelbagai manuskrip berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Tugas lainnya ialah merevisi produk-produk terjemahan sebelumnya, yang umumnya dihasilkan dari metode alihbahasa kata per kata. Mereka juga dapat mengusulkan judul naskah dari negerinegeri manapun yang kiranya penting menjadi koleksi Bait al-Hikmah.
Dalam bekerja, Hunain sering kali membuat sistem yang jelas. Misalnya, ia menerjemahkan teks-teks dari bahasa Yunani ke Syiriac. Lantas, hasil terjemahannya itu diterjemahkan lagi oleh beberapa orang yang ditunjuknya. Penerjemahan-kedua itu berlangsung dari bahasa Syiriac ke bahasa Arab. Lantas, sejumlah pustakawan ditugaskannya untuk memeriksa sekaligus mengoreksi hasil terjemahan-akhir.
BACA JUGA:Â Kenapa Kita Perlu Belajar Bahasa Arab?
Khalifah Al Ma’mun sangat menyukai berada di dalam perpustakaan pribadinya. Saat menyambangi Bait al-Hikmah, penguasa Abbasiyah itu selalu memantau aktivitas para ilmuwan setempat.
Buku-buku terjemahan yang mereka hasilkan kerap dibaca secara saksama. Nyaris tidak pernah tim Hunain mengecewakan sang raja. Begitu besar penghargaan terhadap ahli bahasa itu. Tercatat, Hunain merupakan satu-satunya penerjemah yang dibayar oleh pemerintah Abbasiyah dengan emas sebesar berat naskah yang telah dialih-bahasakannya. []
SUMBER: REPUBLIKA