WELLINGTON — Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern, berbagi perasaan dalam wawancara program The Project Australia yang dipandu Waleed Aly dengan jadwal siar, Senin (25/3/2019).
Ardern mengungkapkan bagaimana dirinya bereaksi saat terjadi serangan teror di dua masjid di Christchurch, Jumat (15/3/2019) lalu. Dia juga mengungkapkan, bahwa reaksi tersebut juga dipengaruhi oleh status barunya sebagai seorang ibu.
BACA JUGA: Puji Sikap PM Selandia Baru, UEA Pasang Foto di Burj Khalifa
Ketika ditanya apakah bayinya, Neve, telah mengubah bagaimana dia merasa bereaksi terhadap penembakan di Christchurch, Ardern dengan tegas menjawab, “Hampir pasti.”
“Saya pikir terkadang sulit untuk menganalisa cara Anda diubah menjadi orang tua, tetapi Anda merasakannya, saya pikir dalam tanggapan dan empati Anda,” lanjut dia.
Pemimpin dunia termuda itu juga mengungkapkan bahwa dirinya berpikir untuk mengenakan jilbab hitam setelah serangan sebagai tindakan yang tepat.
Ardern juga mengaku senang mengenakan jilbab jika hal itu memberi rasa aman bagi warga Muslim-nya dalam menjalankan kepercayaan mereka.
“Jadi, jika dalam mengenakan jilbab seperti yang saya lakukan memberi mereka (Muslim) rasa aman untuk terus mempraktikkan kepercayaan mereka, maka saya sangat senang saya melakukannya,” katanya.
Seperti diketahui, Ardern berdiri sebagai pemimpin Selandia Baru yang tegas menyatakan bahwa serangan yang terjadi di dua masjid Christchurch, Jumat (15/3/2019) itu sebagai aksi teroris.
Dia menyebut, tragedi yang menewaskan 50 jamaah shalat Jumat itu sebagai hari terkelam dalam sejarah negeri kiwi.
Dia juga mengatakan tidak sudi menyebutkan nama si pelaku teror. Sebab, dengan menyebut nama maka akan membantu teroris itu mewujudkan tujuannya untuk meraih ketenaran.
Pemimpin Selandia Baru itu juga membuat gebrakan dengan mereformasi undang-undang senjata. Kini, pemerintah resmi melarang penggunaan senjata semi-otomatis bergaya militer dan senapan serbu. []
SUMBER: NEWS.COM.AU