SEORANG muslimah asal Kazakhstan, Gulbachar Jalilova (54), mengaku terkejut melihat foto kamp konsentrasi muslim Uighur di Xianjang, China. Jalilova yang pernah ditahan di kamp tersebut mengaku tempat itu penuh dengan penyiksaan, berbeda dengan apa yang tergambar dalam foto yang diambil oleh jurnalis dari beberapa media internasional pekan lalu itu.
Jalilova menggambarkan, selama 16 bulan dia ditempatkan di kamp Uighur, dalam ruangan berukuran 7x3x6 yang tanpa jendela.
“Kami ditahan di kamar pengap dan gelap.kadang-kadang mereka mengikat logam seberat 5 kilogram di kaki kami sebagai cara hukuman. jam tidur kami bergantian, hanya empat jam semalam,”demikian pengakuan Jalilova seperti dilaporkan Republika, Jumat (11/1/2019).
BACA JUGA: Nak, Uighur Adalah Saudara Kita
Jalilova menghabiskan dua dekade terakhir berbisnis di perbatasan Cina-Kazahstan. Pada Mei 2017, dia tiba-tiba ditangkap di kota Urumqi, Cina dengan tuduhan mentransfer dana secara ilegal sebesar 17 ribu yuan (3500 dolar AS) dari Cina dan Turki.
“Ketika saya berada di kamp, saya memberi tahu mereka bahwa saya adalah orang asing dan bahwa saya tidak melakukan kesalahan,” katanya.
Setelah ditangkap dan ditempatkan di kamp, dia harus terpisah dari anaknya. Setiap pekan anaknya hanya bisa mengirim surat kepadanya.
“Kami diberitahu bahwa kami tidak memiliki hak di sana. Kami tidak memiliki hak untuk melakukan panggilan telepon, kami seperti orang mati,” ceritanya.
Menurut Jalilova, kehidupan sehari-hari di kamp hanya dalam ruangan pengap. China membatasi kegiatan mereka, termasuk dalam hal makan dan minum. Ketika mereka menggunakan air untuk membasuh tubuh, mereka disangka berwudhu kemudian disiksa.
Pendidikan vokasi yang diakui Cina, menurut Jalilova berbentuk pengajaran ajaran-ajaran komunis, baik itu dari lagu-lagu komunis Cina dan undang-undang komunis. Semua wajib dihapal, wajib dipelajari bahkan dijadikan ujian.
Pernyataan Jalilova ini sesuai dengan kelompok advokasi masyarakat Uighur dan hak asasi manusia lainnya tentang perlakuan China terhadap muslim Uighur di Xinjiang.
Menurutr Jalilova, kamp yang dibangun pemerintah China itu bertujuan untuk menghapus etnis Uighur.
“Tujuan akhir dari kamp-kamp konsentrasi itu adalah untuk menghilangkan orang-orang Uighur, kaum Muslim,” katanya.
Jalilova mengaku selamat dari kamp tersebut usai lobi berkelanjutan oleh keluarga dan pemerintah Kazhastan.
“Saya dibebaskan dari kamp konsentrasi tiga bulan lalu, tetapi setiap hari situasi di kamp konsentrasi masih terbayang-bayang di pelupuk mata saya,” ujarnya.
BACA JUGA: Lima Larangan China untuk Muslim Uighur: Dari Berjenggot hingga Puasa Ramadhan
Jalilova mengaku ketika pertama kali masuk dia memiliki berat 76 kilogram tetapi dalam sebulan ia kehilangan berat badan lebih dari 20 kilogram. Selama di kamp, Jalilova mengaku kerap mendapat siksaan.
“Tangisan rakyat Uighur masih terngiang di telinga saya,” ungkapnya.
Berdasarkan data yang dirilis perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diperkirakan lebih dari 1 juta etnis minoritas Muslim Uighur telah ditahan tanpa persetujuan mereka di pusat penahanan tidak resmi di Xinjiang.
Sementara itu, pemerintah Cina mengatakan kamp-kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan yang menyediakan pelatihan bahasa dan pendidikan ulang bagi para ekstremis. []
SUMBER: REPUBLIKA