SUATU Malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama Abu Bakar dan juga Ali bin Abi Thalib melintasi perkemahan milik suku Dzuhl dan Syaiban bin Tsa’labah. Beliau menawarkan Islam kepada mereka. Terjadi dialog juga antara Abu Bakar dan salah seorang dari suku Dzuhl, lalu ditanggapi positif oleh Bani Syaiban. Meski begitu, mereka masih belum memastikan untuk menerima Islam.
Kemudian Rasulullah bersama kedua sahabatnya melewati bukit Aqabah di Mina. Di sana beliau mendengar perbincangan sekelompok laki-laki dari suku Khazraj. Mereka adalah pemuda-pemuda dari Yastrib.
BACA JUGA: Perjalanan Rasulullah dan Abu Bakar Menuju Tempat Persembunyian
Di antara perbincangan mereka adalah ucapan yang pernah mereka dengar dari sekutu mereka, yaitu orang-orang Yahudi Madinah. Mereka mengatakan, “Akan muncul seorang Nabi yang diutus pada zaman ini dan kami akan mengikutinya dan bersamanya kami akan membunuh kalian sebagaimana kaum ‘Ad dan Iram dibunuh.”
Ketika Rasulullah menemui mereka, beliau menyapa, “Siapa kalian ini?”
“Segolongan orang dari suku Khazraj.” jawab mereka.
“Apakah kalian ini sekutu orang-orang Yahudi?” tanya beliau lagi.
“Ya, benar.” jawab mereka dengan tegas.
“Jika begitu, bolehkah aku duduk dan berbincang-bincang dengan kalian?” tanya beliau.
“Boleh, silahkan.” jawab mereka lagi.
Beliau pun akhirnya duduk dan berbincang bersama mereka seraya mengenalkan mereka pada Islam dan mulai membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.
BACA JUGA: Detik-detik Wafatnya Rasulullah
Sebagian dari mereka berkata pada sebagian yang lain, “Wahai kaumku, demi Allah! Kalian mengetahui bahwa dia inilah Nabi yang pernah dibicarakan oleh orang-orang Yahudi untuk mengancam kita. Karena itu, janganlah kita didahului oleh mereka untuk mengikutinya. Bergegaslah menyambut dakwahnya dan masuk Islamlah!”
Mereka cukup antusias menyambut dakwah yang disampaikan oleh beliau, mereka berharap dakwah beliau menjadi sebab berakhirnya peperangan. Mereka juga meninggalkan kaumnya yang senantiasa terjadi perpecahan dan perselisihan, mereka berharap dengan perantaraan Rasulullah, Islam dapat menyatukan hati mereka. []
Sumber: Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. Ar-Rahiq al-Makhtum, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad, Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir. Jakarta: Darul Haq.