BANDUNG— Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Firman Manan mengatakan, pasangan calon gubernur Jabar Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum harus mewaspadai perubahan kondisi angka kemenangan saat hari pencoblosan 27 Juni mendatang, meskipun berdasarkan sejumlah hasil survei menunjukan pasangan cagub nomor 1 memiliki peluang dalam meraih kemenangan di Pilgub Jabar 2018.
Seperti diketahui dalam tahapan kampanye, sejumlah kader Hanura di bawah kepemimpinan Daryatmo mengalihkan dukungannya ke pasangan lain. Kondisi lainnya juga terjadi di kubu PPP dimana basis suara Asep Maosul memilih mendukung pasangan calon lain.
Pecahnya dukungan yang terjadi di internal partai juga dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap pergerakan mesin partai di tingkat bawah. Sebab, basis suara kader yang berada di tingkat daerah akan lebih cair dalam menentukan pilihan calonnya.
Tidak solidnya dukungan partai, menurut Firman, akan menjadi ancaman bagi pasangan calon dalam meraih kemenangan di Pilgub Jabar. Soliditas partai menjadi faktor dalam memperkuat dukungan pasangan calon untuk meraih kemenangan. Sebab, gejolak internal parpol yang terjadi dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap pergerakan mesin partai di daerah sehingga berdampak dalam penentu kemenangan.
“Masalah ini akan menjadi ancaman bagi pasangan calon untuk meraih kemenangan mutlak. Sebab, basis suara yang dimiliki partai akan terpecah dan memberikan dukungan lain kepasangan calon lain,” kata Firman, Selasa (29/5/2018).
Pasangan Cagub nomor urut 1 tersebut diusung empat partai politik yakni NasDem, PPP, PKB, dan Hanura serta PSI diduga memiliki persoalan internal dalam memberikan dukungan penuh kepada Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum untuk meraih kemenangan di Pilgub Jabar.
Firman menyebutkan, banyak faktor sebenarnya yang mampu mempengaruhi perubahan angka kemenangan terhadap pasangan calon di Pilgub Jabar dan salah satunya adalah masalah soliditas mesin partai dan ketersediaan logistik yang dimiliki. Tidak adanya logistik juga akan mempersulit pergerakan partai untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Walaupun, kata dia, berdasarkan pengalaman pilkada sejumlah pikkada di sejumlah daerah, masyarakat masih memanfaatkan keterkenalan figur calonnya dibandingkan partai pengusung atau pendukung kandidatnya di pilkada. Namun, kata dia, keberadaan partai tetap menjadi salah satu penentu karena efektivitas pergerakan mesin partai yang dapat mempengaruhi basis suara dindaerah.
“Sebenernya, pergerakan mesin partai tentu akan memberikan kontribusi terhadap pasangan calon di pilkada. Tapi, pergerakan mesin partai harus efektif. Jika tidak tentu saja bisa jadi ancaman bagi paslon” ujar dia.
Firman menilai, dalam Pilgub Jabar, empat kandidat yang memiliki pergerakan mesin partai yang efektif adalah pasangan Asyik (Sudrajat-Ahmad Syaikhu). Sedangkan, tiga calon lainnya yakni Pasangan Rindu (Ridwan-Uu), Deddy-Dedi(Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi) dan Hasanah (TB Hasanuddin-Anton Charliyan) lebih mengandalkan kekuatan figur.
Terkait hasil survei, Firman menyebutkan, angka yang dikeluarkan lembaga penelitian tidak bisa dijadikan patokan dalam raihan kemenangan di pilkada. Sebab, hasil survei yang dihasilkan hanya menunjukan kondisi saat ini dan masih banyak angka swing voters yang belum menentukan pilihan.
“Hasil ini sebenarnya masih angka swing voters. Keputusan masyarakat untuk menentukan pilihan biasanya nanti jelang pencoblosan. Jadi angkanya akan sangat mungkin berubah,” ungkap Firman. []