RUMAH al-Aqram merupakan tempat berkumpul kaum Muslimin yang biasanya untuk menerima pelajaran dari Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, namun kini mereka dikumpulkan oleh Umar bin Khatab untuk dibariskan.
Kemudian setelah datangnya Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam maka Umar menyuruh Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam berada di barisan paling depan, lalu Umar dan Hamzah berada di belakang beliau.
Mereka semua berjalan seraya mengucapkan ‘Laillahaa ilallah, muhammadun rasulullah’. “Barangsiapa yang berani mengganggu salah seorang di belakangku, maka tentu pedangku ini akan memotong lehernya, setidak-tidaknya akan berkenalan dengan dia,” ucap Umar dengan suara lantang yang pada saat itu membawa pedang terhunusnya.
BACA JUGA: Mendakwahi Jin, Mungkinkah?
Demikianlah selama berjalan Umar berkata seperti itu. Hal itu pun sangat disayangan oleh kaum Musyrikin karena pikirnya mereka tidak akan bisa menggangu pawai itu, bahkan mendekat pun tak berani.
Dan itulah yang membuat Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Bahwasannya Allah telah menjadikan kebenaran itu atas lisan Umar dan hatinya.”
Pawai ini pun dimulai dari rumah al-Aqram, lalu melewati rumah Umar kemudian melewati rumah Nabi salallahu ‘alaihi wa salam. Dilanjutkan dengan mengelilingi kampung-kampung yang berdekatan dengan Masjid al-Haram.
Lalu mereka masuk ke dalam masjid dan bertawaf di Ka’bah sampai datangnya waktu siang hari. Mereka pun shalat bersama di samping Ka’bah dan membaca ayat-ayat Allah dengan suara yang keras dengan sengaja agar kaum Musyrkin mendengarnya.
BACA JUGA: Ummahatul Mukminin, Pendukung Suksesnya Dakwah Rasulullah
Hingga akhirnya pawai itu selesai tanpa ada gangguan dari kaum Quraisy. Dan dengan demikian terlihat sudah bagaimana Umar sangat berpengaruh besar terhadap Islam. Karena sebelumnya kaum Muslimin hanya melakukannya sembunyi, namun tidak lagi setelah Umar memeluk Islam. []
Sumber: Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam/Penulis: K.H. Moenawar Chalil/ Penerbit: Bulan Bintang/1993.