IBNU Athaillah berkata, “Ketahuilah, jika kau memiliki seorang wakil yang selalu menilai dan mengkritik dirinya, kau tak perlu lagi menilai dirinya. Namun, jika sang wakil tidak mengkritik dirinya, tentu kau akan menilai, mengkritik, bahkan membuat perhitunangan secara detail. Karenanya, seluruh amalmu harus ditujukan untuk Allah SWT.
Jangan sekali-kali merasa bisa melakukan perbuatan yang lepas dari pengawasan dan perhitungan-Nya. Apabila seorang hamba melakukan dosa, kegelapan menyelimutinya. Sebab, maksiat laksana api, sedangkan kegelapan laksana asapnya.
BACA JUGA: Niat Tempatnya di Hati, Bukan di Lisan
Perhatikanlah, orang yang menyalakan perapian di rumahnya selama 70 tahun tentu rumahnya akan menjadi gelap dan hitam! Begitupun hatimu, yang akan menjadi gelap karena maksiat. Hati akan menjadi bersih dengan tobat kepada Allah. Jadi, kehinaan, kegelapan, dan hijab terpaut dengan maksiat. Apabila kau bertobat kepada Allah, lenyaplah kegelapan yang disebabkan dosa.”
Manusia adalah khalifah di muka bumi. Allah SWT berfirman, “Dia yang menjadikan khalifah di muka bumi.” (QS. Al-An’am (6): 165).
Khalifah yang dimaksud bagaikan wakil yang disebutkan dalam tuturan Ibnu Athaillah di atas. Jika kau selalu menilai dan menguji dirimu, kau akan menghadapi perhitungan di akhirat dengan mudah. Sebaliknya, jika kau lalai menguji dan menilai diri sendiri, niscaya kau akan mendapatkan kesulitan pada hari kiamat.
Orang yang tidak dapat menguji dan menilai dirinya sendiri pasti akan jatuh ke dalam maksiat karena diri dan nafsu cenderung menarik pemiliknya kepada maksiat.
BACA JUGA: Cara Taubat dari Dosa
Setelah itu Ibnu Athaillah menerangkan pengaruh dosa terhadap hati. Ia berkata, “Apabila seorang hamba melakukan dosa, kegelapan akan menyelimuti…” Hati yang dimaksud di sini bukanlah hati yang berada di sisi kiri dada. Akan tetapi, maksud hati di sini adalah hati yang dengannya kita mampu merasa, mencintai, membenci dan lainnya. Bagian yang asalnya bersih akan menjadi keruh oleh maksiat.
Jika kini engkau tengah gundah gulana dan kebingungan, bisa jadi itu karena gelapnya hatimu. Dan ingatlah bahwa gelapnya hati ini karena maksiat kita kepada Allah. Wallahu ‘alam.[]
Referensi: Mengaji Tajul Ar’us Rujukan Utama Mendidik Jiwa/Karya: Ibnu Athaillah/Penerbit: Zaman