KATA tawakal berasal dari bahasa Arab dengan kata dasarnya wakilun. Kata wakil/wakilun diartikan sebagai menyerahkan, membiarkan, serta merasa cukup (pekerjaan itu dikerjakan oleh seorang wakil). Secara bahasa, itulah pengertian tawakal.
Sedangkan menurut pakar tafsir terkemuka asal Indonesia, Prof Quraish Shihab, dalam kitab tafsir Al Mishbah, dalam hal menjadikan Allah SWT sebagai ‘wakil’ atau apabila manusia bertawakal kepadaNya. Maka manusia dituntut untuk melakukan sesuatu yang berada dalam batas kemampuannya.
Namun banyak di antara kita yang seringkali salah dalam memahami tawakkal. Mayoritas dari kita mengira bahwa tawakkal hanyalah sikap pasrah, tanpa ada usaha dan kerja sama sekali. Ini sungguh keliru. Tawakal yang benar haruslah tercakup dua hal yaitu penyandaran diri pada Allah , dan sungguh-sungguh dalam melakukan usaha.
BACA JUGA: Tawakal, Kenapa Harus?
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Usaha dengan anggota badan dalam melakukan sebab adalah suatu bentuk ketaatan pada Allah. Sedangkan bersandarnya hati pada Allah adalah termasuk keimanan,” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 517)
Mengutip Rumaysho, di antara bukti bahwa tawakal yang benar haruslah disertai dengan melakukan usaha adalah keadaan burung yang mencari rezeki. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan kisah burung yang bisa pulang dalam keadaan mendapatkan rezeki dikarenakan ia melakukan usaha keluar di pagi harinya, disertai hatinya bersandar pada Allah.
Al Munawi mengatakan, ”Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rizki, yang memberi rizki adalah Allah Ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakal tidak harus meninggalkan usaha.
Tawakal haruslah dengan melakukan berbagai usaha yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rizki dengan usaha. Sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rizki. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami’ At Tirmidzi, 7/7-8, Asy Syamilah).
Allah subhanahu wa ta’ala dalam beberapa ayat juga menyuruh kita agar tidak meninggalkan usaha sebagaimana firman-Nya, ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang,” (QS. Al Anfaal: 60).
Juga firman-Nya, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah,” (QS. Al Jumu’ah: 10).
Dalam ayat-ayat ini terlihat bahwa kita juga diperintahkan untuk melakukan usaha.
Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 517).
Setelah mengetahui pengertiannya, sebaiknya kita juga mengetahui beberapa manfaat atau keutamaan sikap tawakkal yang dikutip dari Tafsiralquran di bawah ini:
Tawakal bagian dari iman
Sikap tawakkal adalah bagian dari upaya seseorang untuk beriman atau menyakini keberadaan dan Keesaan Allah.
Allah SWT berfirman dalam QS AL-Maidah ayat 23 yang berbunyi:
Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”
Memperoleh kecukupan dari Allah
Orang yang bertawakkal atau menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, berati dia telah meyakini bahwa Allah selalu memberikan rezeki dan kecukupan yang paling baik bagi umatnya.
Allah SWT berfirman dalam QS At-Talaq ayat 65:
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”
BACA JUGA: Doa, Ikhtiar dan Tawakal
Mendapatkan kebaikan dunia akhirat
Tawakkal juga bisa memberikan kebaikan dunia akhirat bagi orang yang benar-benar melakukannya. Hal ini pun tercantum dalam QS An Nahl ayat 41 – 42:
“Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui, (yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.”
Tidak dikuasai oleh setan
Tawakkal juga bermanfaat dalam menjaga dan melindungi diri dari godaan setan. Dalam hal ini, setan tidak akan mampu menguasai dan memberikan pengaruh buruk bagi umat muslim yang bertawakal kepada Allah.
Sebab orang yang bertawakal selalu dekat dengan Allah dan senantiasa mendapatkan pertolongan-Nya.
Allah SWT berfirman dalam QS An Nahl ayat 99:
“Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.”
Tawakkal merupakan sikap terpuji seorang muslim yang wajib diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siapa pun yang bertawakal kepada Allah maka ia akan mendapatkan berbagai kemudahan dan pertolongan dari-Nya.
Dengan bertawakal, kita juga akan lebih mudah dalam menghadapi setiap masalah karena selalu menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT yang Maha Agung. Wallahu a’lam. []