TIDAK semua orang bisa langsung meninggalkan kebiasaan buruk yang pernah dia lakukan. Terkadang diperlukan adanya aktifitas pengganti untuk hal itu. Karena tabi’at jiwa memang diciptakan dalam kondisi seperti ini.
Misalnya, seorang perokok berat yang tiap hari mulutnya biasa menghisap puluhan batang rokok, sulit rasanya untuk langsung berhenti. Perlu adanya pangalihan kebiasaan buruk ini kepada kebiasaan lain, diantaranya dengan premen.
BACA JUGA: Allah SWT Membenci Orang yang Memiliki 6 Sifat Ini
Saat kita “nahi mungkar” (melarang dari perbuatan buruk), perlu memperhatikan kondisi masyarakat atau orang yang kita hadapi. Ada orang yang bisa langsung meninggalkan perkara yang dilarang, tapi ada juga yang tidak bisa kecuali harus ada aktifitas pengganti untuk hal itu. Ini merupakan salah satu bentuk hikmah di dalam dakwah kepada Allah Ta’ala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah- (w. 728 H) berkata :
الثاني: أن تدعو الناس إلى السنة بحسب الإمكان فإذا رأيت من يعمل هذا ولا يتركه إلا إلى شر منه، فلا تدعو إلى ترك منكر بفعل ما هو أنكر منه، أو بترك واجب أو مندوب تركه أضر من فعل ذلك المكروه، ولكن إذا كان في البدعة من الخير، فعوض عنه من الخير المشروع بحسب الإمكان، إذ النفوس لا تترك شيئًا إلا بشيء
“Kedua : Engkau menyeru manusia kepada sunnah semampu mungkin. Maka apabila engkau melihat seorang mengamalkan hal ini (sunnah), dan dia tidak meninggalkannya kecuali kepada sesuatu yang lebih jelek darinya, maka janganlah engkau seru dia untuk meninggalkan kemungkaran dengan melakukan sesuatu yang lebih mungkar darinya, atau dengan meninggalkan suatu kewajiban, atau perkara yang dianjurkan yang meninggalkannya lebih bermudharat dari melakukan perkara makruh tersebut. Akan tetapi apabila di dalam bid’ah terdapat suatu kebaikan, maka hal itu diganti (dengan suatu) kebaikan yang masyru’ (disyari’atkan) sesuai kemampuan. Karena jiwa, (biasanya) tidak bisa meninggalkan sesuatu kecuali diganti dengan sesuatu yang lain….” [Iqtidha’ Shirathil Mustaqim : 2/125].
BACA JUGA: Sifat Cinta pada Manusia
Moment pergantian tahun Masehi yang biasanya diisi dengan berbagai perkara yang sia-sia atau bahkan maksiat, alangkah baiknya jika bisa diganti dengan berbagai acara yang bermanfaat, seperti pengajian, atau baca buku yang bermanfaat, atau membaca Al-Quran, atau mendengarkan kajian-kajian Islam via media internet, dan yang lainnya. Semua ini bukan termasuk perkara bid’ah ataupun tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Akan tetapi sebagai sebuah solusi pengganti yang bernilai positif. Alhamdulillah Rabbil ‘alamin.
Facebook: Abdullah Al-Jirani