DALAM hidup ini, kita dapati betapa banyaknya orang yang tidak mau melakukan pengorbanan, padahal berkorban itu merupakan suatu kemestian dalam kehidupan sebagai muslim. Agar kita mau berkorban dijalan yang benar, semangat berkorban harus kita tumbuhkan terlebih dahulu.
Sementara itu, untuk menumbuhkannya kita harus mengetahui apa saja kiat yang harus kita lakukan, dan memantapkan dalam semangat berkorban itu.
Lima kiat yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan dan mengokohkan dan melakukan pengorbanan:
Pertama, menyadari besarnya nilai pengorbanan.
Seseorang akan semakin tumbuh dan semakin kokoh semangatnya untuk berkorban manakala menyadari betapa besarnya nilai atau pahala dan keutamaan dari pengorbanan yang dilakukannya, meskipun yang dikorbankan itu nilainya kecil, tetapi bila hal itu dilakukan memang berdasarkan kemampuannya, nilai pahalanya tetap menjadi besar.
BACA JUGA : Semangat Kerja Lagi Turun? Coba Baca Kata-kata Mutiara Ini
Seorang muslim bisa saja mengorbankan apa yang dimilikinya bagi kepentingan dan perjuangan menegakkan kebenaran. Jikalau kita bisa berkorban dengan tenaga, korbankanlah tenaga kita untuk menegakkan kebenaran.
Kedua, menyadari bahwa kemajuan yang kita capai karena adanya pengorbanan orang lain.
Semangat dalam berkorban juga bisa kita tumbuhkan pada diri kita masing-masing kalau kita menyadari bahwa kita menjadi seperti sekarang ini salah satu sebabnya adalah adanya pengorbanan orang lain.
Kita menjadi besar secara jasmani karena ada pengorbanan dari bapak dan ibu, kita bisa membaca karena ada guru yang mengajarkan, kita bisa peroleh rezeki juga sebab pengorbanan orang lain dan begitulah seterusnya.
Ini berarti, kemajuan yang kita raih, baik berupa kekuatan rohani, kekuatan jasmani, kecerdasan akal dengan ilmu yang banyak, kedudukan yang kita peroleh, popularitas yang kita capai, dan segala kemajuan lainnya semua itu tidak bisa dilepaskan dari andil pengorbanan orang lain, sekecil apapun pengorbanan mereka, langsung atau tidak langsung.
Sebagai manusia, kita tidak boleh menyombongkan diri dengan menyatkan bahwa kemajuan yang kita capai adalah semata-mata dari hasil usaha sendiri, sama sekali tidak ada campur tangan orang lain, itu Namanya tidak menghargai pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang lain terhadap kita.
Ketiga, menyadari betapa besar tuntunan pengorbanan terhadap kita.
Hal ini karena sekecil apapun potensi yang kita miliki sebenarnya masih bisa kita korbankan dalam menghadapi dan mengatasi persoalan umat sekarang yang sedemikian besar.
Kondisi umat yang begitu besar problematikanya amat menuntut perhatian setiap muslim untuk mencurahkan segala potensi yang dimilikinya bagi upaya perbaikan atau peningkatan kualitas dan kuantitas umat.
Perjuangan menegakkan kebenaran semakin lama kita rasakan semakin berat, meskipun dukungan sumber daya manusia, dana, dan fasilitas semakin baik. Memang demikianlah hakikat perjuangan menegakkan nilai-nilai islam.
BACA JUGA : Lakukan 6 Tips Ini agar Hari-hari Anda Terasa Lebih Semangat
Hal ini karena bidang garap perjuangan semakin lama harus semakin banyak. Seiring dengan bertambahnya sumber daya manusia yang dimiliki, wilayah sentuhan dan garapan perjuangan harus semakin luas.
Keempat, mengenal profil orang yang melakukan pengorbanan.
Sejarah mencatat begitu banyak tokoh yang telah berkorban dengan waktu, tenaga, pikiran, harta, dan segala yang dimiliki hingga kita telah mengenal tokoh-tokoh pejuang dengan pengorbanan yang luar biasa itu.
Lalu membandingkannya dengan diri kita maka akan terasa betapa kita ini belum apa-apa dalam soal pengorbanan meskipun mungkin kita merasa sudah besar dalam berkorban.
Kelima, menyadari jeleknya sifat kikir, baik kikir dalam soal ilmu, harta maupun dalam masalah lainnya yang membuat kita tidak mau melakukan pengorbanan.
Jeleknya sifat kikir ini tampak dari siksa disediakan Allah diakhirat kelak sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an :
ٱلَّذِيْنَ يَـبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّا سَ بِا لْبُخْلِ وَيَكْتُمُوْنَ مَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ وَ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَا بًا مُّهِيْنًا
allaziina yabkholuuna wa ya-muruunan-naasa bil-bukhli wa yaktumuuna maaa aataahumullohu ming fadhlih, wa a’tadnaa lil-kaafiriina ‘azaabam muhiinaa
“(yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 37).
Akhirnya, semakin jelas bagi kita bahwa keharusan berkorban di jalan Allah membuat kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki semangat berkorban. Perjuangan apapun selalu menuntut adanya pengorbanan, apalagi perjuangan menegakkan nilai-nilai islam di muka bumi ini. []
SUMBER : BUKU’’KUMPULAN KHOTBAH’’