SETELAH pelaksanaan hijrah, kaum Makkah benar-benar menjadi beban bagi penduduk muslim di Madinah karena orang-orang yang berhijrah itu datang dengan tangan kosong dan meninggalkan semua yang dimilikinya di Makkah. Sementara itu penduduk setempat mempunyai rumah, tanah, kebun buah-buahan, dan lain-lain. Meski begitu, penduduk muslim di Madinah dengan ikhlas memberikan sambutan yang baik kepada para pendatang itu.
Dalam firman Allah,
BACA JUGA: Sumpah Orang Anshor kepada Rasulullah di Lembah Aqadah
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (Qs al-Hasyr: 9).
Kesediaan untuk berkorban dari orang Muslim Madinah ini adalah sifat yang mulia. Dalam keperluan dan kegiatan sehari-hari berarti mereka mundur ke belakang agar orang lain (kaum Muhajirin) dapat tampil ke depan.
BACA JUGA: Peran Kaum Muhajirin Dalam Masa Hijrah
Menahan derita demi menyenangkan orang lain, menghemat pengeluaran sehingga dapat membantu orang lain, mengorbankan diri sendiri agar orang lain bisa muncul, tetap diam untuk mempersilahkan orang lain berbicara, meminggirkan kendaraan sendiri sehingga orang lain dapat melaju.
Itulah pengorbanan yang disebut itsar. Yang mana dalam Al-Quran pemilik sifat seperti ini akan meraih keberuntungan. []
Sumber: Nabi Muhammad Penyempurna Para Nabi/ Penulis: Saniyasnain Khan/ Penerbit: Nuansa, 2009