LEBIH dari 200 orang pengungsi Rohingya yang diselamatkan menerima bantuan kesehatan darurat di Indonesia. Demikian dilansir sebuah badan PBB pada hari Selasa (27/12/2022), setelah mereka diselamatkan oleh para nelayan. Para pengungsi Rohingya ini, sudah terombang-ambing di lautan selama berminggu-minggu dan diacuhkan oleh negara-negara sekitar.
The International Organization for Migration (IOM) mengonfirmasi bahwa setidaknya 174 orang Rohingya dengan perahu kayu reyot mencapai desa pesisir Muara Tiga di kabupaten Pidie provinsi Aceh utara pada hari Senin.
Kelompok pengungsi Rohingya itu yang terdiri dari 36 pria, 31 wanita, dan 107 anak-anak tiba sekitar sehari setelah 57 pengungsi lainnya mendarat di kabupaten Aceh Besar di provinsi itu.
BACA JUGA: Ditolak di Mana-mana, hanya Aceh yang Terima Pengungsi Rohingya
“Orang-orang ini berada dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk, banyak yang menderita dehidrasi parah dan kekurangan gizi,” kata IOM kepada Arab News.
“Tim medis IOM saat ini sedang melakukan penilaian kesehatan dasar kepada mereka.”
Eros Shidqy Putra, anggota Satuan Tugas Pengungsi Nasional Indonesia, mengatakan kepada Arab News bahwa para pengungsi Rohingya akan ditempatkan di bawah perawatan pemerintah daerah untuk sementara waktu.
“Setelah itu, mereka akan kami pindahkan ke provinsi yang sudah menampung pengungsi,” katanya. “Aceh bukan provinsi yang menampung pengungsi.”
Setidaknya lima kapal yang membawa ratusan pengungsi Rohingya telah meninggalkan pantai Cox’s Bazar, pemukiman Rohingya terbesar di Bangladesh, pada akhir November. Mereka berupaya menyeberangi Laut Andaman ke negara lain.
Satu kapal yang membawa 154 pengungsi diselamatkan oleh perusahaan lepas pantai Vietnam dan diserahkan kepada Angkatan Laut Myanmar, sementara kapal lain yang mengangkut 104 orang diselamatkan oleh Angkatan Laut Sri Lanka pada 18 Desember.
Badan Pengungsi PBB sebelumnya mengatakan telah menerima laporan yang belum dikonfirmasi bahwa sebuah kapal yang membawa 180 orang telah tenggelam.
Organisasi dan aktivis internasional sendiri sudah mendesak negara-negara di kawasan itu selama berminggu-minggu untuk menyelamatkan para pengungsi yang terdampar di laut. Pun demikian, meskipun banyak permintaan bantuan, tidak ada bantuan resmi yang diberikan.
Mohammed Rezuwan Khan, saudara laki-laki Hatamonesa, seorang wanita berusia 27 tahun yang bersama putrinya yang berusia lima tahun di atas kapal yang tiba di Indonesia pada hari Senin, bisa berbicara dengan saudara perempuannya pada hari Selasa setelah lebih dari sebulan tanpa komunikasi. .
“Kami merasa seperti mendapat dunia baru hari ini,” kata Khan. “Kami bisa melihat wajah mereka lagi. Ini benar-benar momen kegembiraan bagi kami semua.”
Khan mengetahui bahwa keponakannya telah menerima perawatan karena mengalami dehidrasi, disebabkan dia minum air garam sepanjang perjalanan. Mereka tidak makan selama 13 hari.
Menurut Hatamonesa, 20 orang tewas di atas kapal dan dibuang ke laut.
BACA JUGA: Cerita Seorang Ibu: dari Kamp Pengungsi Rohingya dengan Cinta
“Dia mengira dia akan mati dalam pelayaran di laut,” kata Khan.
“Dia berharap jika dia bisa pergi ke Malaysia, akan ada masa depan yang lebih baik untuk putrinya dan dia.”
Lebih dari 730.000 Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh pada tahun 2017 menyusul tindakan brutal oleh militer Myanmar yang menurut PBB merupakan genosida.
Selama lima tahun terakhir, para pengungsi tinggal di kamp-kamp kumuh dan penuh sesak di Cox’s Bazar menghadapi ketidakpastian yang semakin meningkat. Situasi tersebut telah mendorong beberapa orang untuk melakukan perjalanan berisiko melalui laut dengan harapan menemukan kehidupan yang lebih baik. []