JAKARTA–Wakil Ketua Umum 2 Pengurus Besar IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Slamet Budiarto menjelaskan mengapa tingkat kematian akibat virus Corona di Indonesia begitu tinggi.
“Di Indonesia sekitar 8-9 persen (rasio kematian akibat Covid-19). Itu sangat tinggi. Saya sudah menginventarisasi penyebabnya,” ujar Slamet, Senin (6/4/2020).
BACA JUGA: Harimau di Kebun Binatang AS Positif Terinfeksi Virus Corona
Total jumlah pasien Corona di Indonesia mencapai 2.491. Hingga Senin, terdapat 209 pasien Corona meninggal sehingga rasio kematian di Indonesia mencapai 8,39 persen.
Menurut Slamet, setidaknya ada tiga faktor pendorong kematian tinggi akibat virus Corona penyebab penyakit Covid-19, yakni:
1. Terlambat penangan pasien karena sistem rujukan yang kacau
Slamet menerangkan bahwa banyak pasien Corona yang ditolak di pelbagai rumah sakit sebab jumlah pasien melebihi kapasitas rumah sakit rujukan tersebut.
IDI sudah meminta Kementerian Kesehatan agar menunjuk seluruh rumah sakit swasta yang mampu untuk menangani pasien Covid-19 secara tuntas. pembiayaannya akan ditanggung pemerintah.
“Sampai hari ini belum ada, mungkin bingung (pengaturan) pembiayaannya.”
2. Lambatnya pemeriksaan hasil uji swab pasien yang diduga terpapar CoronaSlamet mengatakan sejauh ini hasil swab baru bisa didapatkan paling cepat seminggu. Hal ini menyebabkan banyaknya pasien dalam pengawasan (PDP) tak dirawat dengan standar yang sama dengan pasien positif terpapar Corona.
BACA JUGA: Israel Tipu Tawanan Palestina Soal Corona
Akibatnya banyak PDP Corona meninggal sebelum hasil uji swab keluar.
“Kemarin IDI sudah membuat instruksi, semua pasien PDP harus ditangani dengan protap Covid-19.”
3. Minim ventilator dibanding jumlah pasien yang membludak
Slamet mengatakan pengadaan alat ventilator (alat bantu pernafasan) dari dalam negeri membutuhkan waktu lama. Sedangkan kebutuhan sudah sangat darurat.
“Ventilator portable di Cina katanya ada, Rp 20 juta harganya. Mendingan impor dulu,”kata dia. []
SUMBER: TEMPO