PENJELASAN hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabnya (Allah). Hadits ini sering juga diistilahkan dengan hadits rabbani atau hadits ilahi. Sedangkan hadits yang bukan qudsi, disebut dengan hadits nabawi. Di bawah ini Islampos akan membagikan beberapa penjelasan terkait hadits qudsi.
Dikutip dari laman Al Quran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), qudsi (القدسي) berasal dari kata qudus yang artinya suci. Disebut hadits qudsi karena perkataan ini dinisbatkan kepada Allah SWT, al Quddus, Dzat Yang Maha Suci.
Contoh teks hadits qudsi,
قال صلّى الله عليه وسلّم فيما يرويه عن ربه – تعالى – أنه قال: “أنا عند ظن عبدي بي، وأنا معه حين يذكرني
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang beliau meriwayatkan dari Rabnya, bahwa Allah berfirman, “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya jika dia mengingat-Ku… (HR. Bukhari, no.7405)
BACA JUGA: Imam Bukhari, Hadits dan Sang Ibunda
Antara Alquran, hadits qudsi, dan hadits nabawi:
Alquran: Lafadz dan maknanya, keduanya dari Allah Ta’ala.
Hadits qudsi: Maknanya dari Allah, sedangkan lafadznya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Hadits nabawi: Lafadz dan maknanya keduanya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan demikian, penjelasan hadits qudsi adalah antara Alquran dengan hadits nabawi.
Perbedaan Alquran dengan hadits qudsi menurut Kitab Mushtalah al-Hadits, karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin adalah sebagai berikut:
1. Alquran, lafadznya dari Allah, sedangkan hadits qudsi, lafadznya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam.
2. Membaca Alquran dinilai sebagai ibadah, baik paham maknanya maupun tidak. Sedangkan semata-mata membaca hadits qudsi tanpa maksud mempelajarinya, tidak dihitung sebagai ibadah.
3. Membaca Alquran mendapat pahala per huruf. Sementara pahala per huruf ini tidak ada dalam hadits qudsi.
4. Alquran dibaca ketika shalat, sedangkan hadits qudsi tidak boleh dibaca ketika shalat.
5. Alquran mendapat jaminan penjagaan dari segala bentuk penyelewengan, sedangkan hadits qudsi tidak mendapat jaminan. Karena itu, ada hadits qudsi yang dhaif, palsu, mungkar, dst. Sebagaimana penilaian yang berlaku untuk semua hadits.
6. Alquran sampai kepada kita secara mutawatir dan disepakati oleh kaum muslimin. Sedangkan hadits qudsi ada yang statusnya ahad. Wallahu a’lam.
Sedangkan penjelasan hadits qudsi yang dikutip dari Kumparan, adalah sebagai berikut:
1. Tidak harus melalui malaikat Jibril. Bisa datang dalam bentuk ilham atau mimpi.
2. Tidak ada jaminan keabsahannya. Karena itu, ada hadits qudsi yang shahih, dhaif, dan bahkan ada yang palsu.
3. Semata membaca tidak bernilai pahala. Kecuali jika diniati untuk mempelajari, sehinga bernilai ibadah pada kegiatan mempelajarinya.
4. Teks dan maknanya bukan mukjizat. Sehingga bisa saja seseorang membuat hadis qudsi palsu.
5. Tidak sakral, sehingga mengikuti kajian hadis pada umumnya.
6. Hadits qudsi boleh disampaikan secara pemahaman.
7. Tidak digunakan sebagai tantangan kepada makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya.
Dikutip dari Detik, setidaknya ada tiga ulama yang berbicara mengenai penjelasan hadits qudsi:
1. Al Jurjani
Al-Jurjani sebagaimana dalam kitabnya at-Ta’rifat mengatakan,
الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند الله تعالى ومن حيث اللفظ من رسول الله صلى الله عليه وسلم فهو ما أخبر الله تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام فأخبر عليه السلام عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه لأن لفظه منزل أيضا
Hadits qudsi adalah hadits yang secara makna datang dari Allah, sementara redaksinya dari Rasulullah. Hadits qudsi diartikan sebagai berita dari Allah kepada nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Maka dari itu, Al Quran lebih utama dibandingkan hadits qudsi, karena Allah juga menurunkan redaksinya.
2. Al-Munawi
Al Munawi sebagaimana tercantum dalam kitab Faidhul Qodir menjelaskan,
الحديث القدسي إخبار الله تعالى نبيه عليه الصلاة والسلام معناه بإلهام أو بالمنام فأخبر النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه
Penjelasan hadits qudsi adalah berita yang disampaikan Allah SWT kepada nabiNya secara makna dalam bentuk ilham atau mimpi. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan berita ‘makna’ itu dengan redaksi beliau.
BACA JUGA: 4 Tipe Manusia Terhina Menurut Hadits
3. Az-Zarqani
Az-Zarqani berpendapat bahwa redaksi dan makna hadits qudsi berasal dari Allah. Sebagaimana dikatakan dalam kitab Manahil al-Urfan sebagai berikut,
الحديث القدسي أُوحيت ألفاظه من الله على المشهور والحديث النبوي أوحيت معانيه في غير ما اجتهد فيه الرسول والألفاظ من الرسول
Hadits qudsi redaksinya diwahyukan dari Allah SWT (menurut pendapat yang masyhur), sedangkan hadits nabawi makna diwahyukan dari Allah SWT untuk selain kasus ijtihad Rasulullah SAW. Sementara redaksinya dari Rasulullah SAW.
Seluruh umat Islam wajib percaya dan taat hadits qudsi. Allah SWT telah mengingatkan pentingnya menaati Rasulullah SAW dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 32,
قُلْ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْكَٰفِرِينَ
Arab latin: Qul aṭī’ullāha war-rasụl, fa in tawallau fa innallāha lā yuḥibbul-kāfirīn
Artinya: Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”
Dengan penjelasan hadits qudsi ini, tidak ada alasan bagi tiap muslim untuk berpaling atau menolak hadits qudsi. []