Oleh: Dian Oka Putra
(Mahasiswa Doktoral Univ Ibn Khaldun-Bogor)
dokputra@gmail.com
MEMILIKI rumah, kendaraan, tabungan yang cukup dan pekerjaan yang mapan hingga kita telah memasuki usia pensiun dengan tabungan yang cukup menikmati hari tua adalah impian semua hampir rata-rata kita.
Karena kebanyakan dari kita sudah terpola untuk berpikir ingin hidup tenang di hari tua, menikmati kopi di waktu senja bermain bersama anak dan cucu dan duduk-duduk tanpa beban sembari reunian jalan-jalan berlibur.
Kita ingin hidup di zona nyaman Atau kita hanya berpikir menghabiskan masa tua hanya dengan mendengar laungan adzan datang ke Masjid melaksanakan shalat dan mendengarkan pengajian mingguan sembari menyelesaikan bacaan al-Quran dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain.
BACA JUGA: Inilah 6 Keutamaan Mencari Nafkah dengan Bekerja
Pensiun Islami, Bukan Usia Aktif?
Mungkin itu yang kita lihat aktivitas di masa tua yang merupakan fenomena terjadi di sekitar kita. Ketika kita belum memasuki usia pensiun kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif.
Hingga banyak orang-orang dalam usia produktif yang merasa telah memiliki yang telah dicapai merasa sudah kehilangan gairah bahkan mungkin kehilangan arah tentang tujuan hidup ini untuk apa, apakah hanya seperti itu saja hidup ini, berkerja, ibadah, pensiun dengan tabungan yang cukup.
Lantas bagaimana selanjutnya,mau ke mana hidup ini jika ibadah yang dikerjakan tidak memuaskan jiwa dan untuk apa ibadah ini?
Apakah hanya ingin hidup tenang di zona nyaman. Hanya ingin bersenang-senang, tidak ingin bergerak. Kita bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri dan semakin tidak peduli dengan sesama karena merasa ibadah yang dikerjakan sudah cukup menjadi bekal kepulangan. Jika kita sudah berada di titik tersebut masaka kita merasa sudah saatnya istirahat.
Pensiun Islami, Al-Insyirah 7-8
Lantas bagaimana sebenarnya dalam Islam tentang pengajaran pola pikir tentang hari tua dan menikmati pensiun.
Semuanya kembali kepada pegangan hidup utama dengan bersandarkan al-Qur’an sebagai pedoman untuk dipelajari. Bukankah Allah SWT sudah ingatkan kita dalam Al-Insyirah ayat 7-8 : “Maka apabila engkau sudah selesai mengerjakan satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap.”
Kemudian melihat contoh suri tauladan kita Rasulullah SAW dalam menikmati hari tua bagaimana Rasulullah SAW dalam usia tua tidak hanya sibuk dengan Shalat dan Membaca Al Quran saja.
Beliau memulai “pensiun” pada usia 53 tahun justru beliau semakin aktif membina hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas). Kemudian hal tersebut beliau wujudkan dengan membangun masyarakat yang madani (Civil Society) di Madinah.
Pensiun Islami, Hubungan dengan Manusia
Tidak hanya hubungan dengan Allah beliau kuatkan, tetapi juga hubungan dengan sesama manusia. Dalam usia “pensiun” beliau semakin bermasyarakat, makin terlibat dalam kehidupan sosial. Artinya, memasuki usia pensiun bukan alasan kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri.
BACA JUGA: Korelasi Antara Kerja Keras dengan Ayat Al-Qur’an
Hingga akhir hayat, Rasulullah SAW tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat. Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya, tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya.
Pensiun Rasulullah SAW adalah kematian, begitu juga sahabat-sahabat Rasulullah SAW yg lain. Mereka pensiun setelah wafat. Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Usman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib ra, contohnya.
Bahkan salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang fenomenal yakni Abu Ayyub al-Anshari dalam sebuah riwayat menjelaskan bahwa beliau berangkat berperang menghadapi byzantium pada usia yang sangat sepuh 93 tahun.
Pensiun Islami, Kesempatan Hidup Makin Berkurang
Konsep pensiun yamg umum dipahami masyarakat membuat kita lupa bahwa bertambah usia itu berarti kesempatan hidup kita makin berkurang dan kontrak di dunia setahun makin lama makin berkurang hingga kita tinggal menunggu kepulangan. Maka manusia sukses menurut Islam itu menurut Hadist Rasululullah SAW adalah: “Manusia terbaik di antaramu adalah yg paling bermanfaat bagi manusia lain.”
Dalam konsepnya bertambahnya usia kita justru kita harus semakin merambah dunia tanpa melupakan tujuan akhir hidup kita adalah kembali kepada-Nya.
Berbagi dan menjadi sosok bermanfaat, bukan berpikir untuk hidup santai dan sekadar menghabiskan waktu dengan hal-hal yang merasa mencari kebahagiaan di hari tua.
Pensiun Islami, Bermanfaat di Usia Tua
Jika hal tersebut masih dipertahankan maka kondisi fisik yang semakin lemah, daya ingat yang semakin berkurang ditambah aktivitas-aktivitas pasif lainnya akan menyebabkan kepikunan datang menghampiri.
BACA JUGA: Kisah Uang Pensiun Yang Tidak Segera Habis
Jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua, selain menyiapkan uang agar tidak berkekurangan, maka yang lebih penting adalah menyiapkan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua, sampai saatnya menutup mata.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru. Tua bukan alasan untuk putus asa dan berhenti justru memanfaatkan silaturrahim dan menebar kebermanfaatan menjadi solusi dan langkah awal dalam mempersiapkan pensiun yang lebih bermartabat. []