Oleh: Siti Aisah
Mahasiswi STEI SEBI
aisahadiba@gmail.com
SEBELUM datangnya Islam di tanah Arab, mayoritas penduduknya berperilaku jahil atau bodoh. Oleh karena itulah Islam di turunkan ke muka bumi ini untuk memperbaiki sekaligus meyiarkan akhlak yang baik kepada mereka. Karena akhlak merupakan bagian terpenting dari agama Islam.
Akhlak yang mulia menduduki kedudukan yang paling tinggi dalam Islam. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW di utus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak seseorang “Inni Bu’itstu liutammima makaarimalakhlaq”. Namun, semakin lama zaman makin berubah dan teknologi pun semakin berkembang, penerapan mengenai betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan remaja milenial pun semakin memudar.
BACA JUGA: Adab dan Akhlak, Sebelum Ilmu (Sebuah Tulisan Atas Keprihatinan Melihat Keadaan Umat)
Zaman sekarang banyak sekali orang yang pintar dalam segala bidang namun mereka melupakan akan akhlak yang harus selalu beriringan dalam segala aktivitas kehidupan mereka, dan alhasil banyak dari mereka yang mendekam di dalam jeruji besi. Oleh karena itu ketika ingin memperbaiki akhlak, kita haruslah membulatkan niat secara utuh. Mengapa demikian? Karena ketika niat kita sudah bulat, sesulit apapun hal hal yang akan menghalangi kita dalam memperbaiki akhlak maka kita mampu melawannya dan yakinlah pada diri sendiri bahwa kita mampu.
Ketika kita sudah membulatkan niat, maka hal yang kedua yang mesti kita lakukan ialah dengan memperbaiki shalat kita. Bisa jadi ketika shalat kita belum benar maka akhlak kita pun menjadi tidak benar. Memperbaiki shalat di sini bisa dilakukan dengan lebih memahami arti setiap bacaan shalat yang kita ucapakan di setiap gerakannya agar kita bisa lebih merasakan bahwa Allah benar-benar ada di hadapan kita ketika melaksanakan shalat. Selanjutnya ialah dengan tidak tergesa gesa dalam sholat agara senantiasa hati kita selalu tenang dalam melaksanakan shalat.
BACA JUGA: Akhlak Utsman bin Affan di Mata Rasulullah
Hal yang ketiga yang kita harus lakakukan untuk memperbaiki akhlak kita ialah dengan menempatkan diri pada lingkungan yang baik. Karena karakter kita terbentuk oleh orang-orang di sekeliling kita. Seperti halnya seseorang bergaul dengan seorang pandai besi maka ia akan terciprat bau dari besi tersebut dan jika seseorang bergaul dengan seseorang penjual minyak wangi ia pun akan merakan harum dari minyak wangi tersebut. Wallahualam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.