Oleh: Ridha Nurul Arafah
HADIS merupakan verbalisasi dari sunnah. Sebuah teks akan melahirkan sekian banyak pemikiran yang berbeda. Salah satu cara untuk memahami teks hadis adalah dengan menengok asbabul wurud hadis, yaitu sebab-sebab yang hadir bersamaan dengan hadis tersebut disabdakan. Sebab itu bisa berupa respon Nabi SAW. terhadap pertanyaan, rasa bingung, ataupun yang lainnya. Namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua hadis memiliki asbabul wurud, sebagaimana ayat al-Quran yang tidak semuanya memiliki asbabun nuzul.
Jika seseorang hanya memahami hadis berdasarkan arti tekstual saja, maka akan memunculkan pemahaman yang keliru. Contohnya dalam hadis sudah tidak asing di telinga kita, atinya: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan perwalian (kepemimpinan) kepada seorang wanita.”
BACA JUGA: Wanita Menjenguk Laki-laki yang Sakit, Apa Hukumnya?
Apabila hadis tersebut ditelan mentah-mentah tanpa menengok aspek historisnya, maka para wanita dewasa ini tidak dapat memegang jabatan dalam kepemimpinan apapun. Namun nyatanya tidak. Banyak wanita yang menduduki jabatan dan meniti prestasi di bidang apapun.
Mari menengok sebab munculnya hadis tersebut.
Dalam buku yang berjudul Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan) karya Drs. Nizar Ali diteliti bahwa, jika dilihat melalui pendekatan historis, hadis tersebut muncul setelah Nabi SAW. menerima berita pengangkatan putri Kisra sebagai pemimpin Persia.
Putri Kisra diangkat sebagai pemimpin karena Persia telah dilanda kekacauan dan pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga kerajaan yang menumpahkan banyak korban diantaranya ayah Sang Putri dan anak laki-lakinya (saudara Putri Kisra).
BACA JUGA: 5 Miqat Sesuai Riwayat Hadis
Dilihat dari aspek sosiologis, kedudukan wanita di Persia saat itu sangat rendah di mata masyarakat. Dalam kondisi sosial masyarakat seperti itu, Nabi SAW. bersabda sebagaimana hadis diatas. Karena untuk menjadi pemimpin, diperlukannya kewibawaan yang tinggi serta dukungan dari masyarakat, sedang wanita saat itu dianggap tidak mempunyai wibawa untuk menjadi pemimpin. Jika pada saat itu, kedudukan wanita dalam hal kepemimpinan tidak diremehkan, dapat dipastikan bahwa Nabi SAW. akan memperbolehkan wanita tampil sebagai pemimpin.
Itulah pentingnya memahami hadis dengan mempertimbangkan segala aspek. Karena sabda Rasul bersifat praktis dan akan melahirkan banyak pemikiran, maka sebagai sesama makhluk yang berakal, diharapkan untuk memahami teks praktis dengan melihat segala aspek dan tidak memaksakan pendapat sendiri terhadap orang lain. Perbedaan itu bukan bencana. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.