MUHASABAH berasal dari kata hasiba yahsabu hisab. Maka makna dari kata tersebut secara etimologis ialah melakukan perhitungan. Muhasabah diri yakni melakukan perhitungan dengan diri sendiri, dalam hal amal ibadah dan dosa yang dilakukan.
Sedangkan di dalam terminologi syar’i makna dari muhasabah adalah sebuah upaya untuk melakukan evaluasi diri terhadap setiap kebaikan dan keburukan beserta semua aspeknya.
Evaluasi itu sendiri meliputi berbagai aspek kehidupan baik antara manusia dengan sang pencipta-Nya, maupun hubungan antara manusia sebagai mahluk sosial dengan manusia lainnya.
BACA JUGA: Muhasabah di Balik Musibah
Pentingnya Muhasabah Diri
Dan secara umum evaluasi tersebut juga meliputi hubungan kita dengan tumbuhan, hewan, air, udara dan mahluk-mahluk Allah lainnya. Karena semua hal tersebut selalu berkaitan dengan kehidupan kita sendiri yang juga merupakan mahluk ciptaan Allah SWT.
Alquraan juga telah menjelaskan tentang betapa pentingnya kita selalu muhasabah diri dalam kehidupan. Dan selalu mengingat akan hari esok di akhirat.
Allah SWT berfirman dalam surat al-hasyr, ayat 18 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Hasyr (59): 18).
Dan hal lain yang semakin memperkuat tentang pentingnya untuk muhasabah diri adalah hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa orang yang gemar menghisab diri adalah orang yang pandai.
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian.
Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi).
Seseorang yang bertakwa adalah mereka yang membawa sebaik-baik bekal, dan dalam perjalanan mencari bekal tersebut tak jarang seseorang merasa lelah dan bosan yang mengakibatkannya tak mawas diri sehingga tergelincir dan terjatuh dalam futur (lemah semangat untuk melakukan amal shalih).
Pentingnya Muhasabah Diri
Muhasabah diri akan membantu seseorang untuk menghadapi berbagai rintangan yang ia temukan dalam pencariannya akan bekal tersebut. Maimun bin Mahran rahimahullah berkata:
“Tidaklah seorang hamba menjadi bertaqwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya”.
Ketika seseorang melakukan muhasabah maka akan tampak jelas di hadapannya atas dosa-dosa yang dilakukan. Bagaimana mungkin seorang anak cucu Adam dapat melihat dosa dan aibnya tanpa melakukan muhasabah (evaluasi)?
Banyak di antara manusia yang melakukan kemaksiatan, namun Allah masih memberikan nikmat kepadanya, dia tidak menyadari bahwa ini adalah bentuk istidraj (penangguhan menuju kebinasaan) dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-A’raf: 182).
Orang-orang yang memahami ayat Allah ini, akan takut atas peringatan Allah tersebut dan dia akan senantiasa mengintrospeksi dirinya, jangan sampai nikmat yang Allah berikan kepadanya merupakan bentuk istidraj.
BACA JUGA: Perayaan Maulid dan Muhasabah Cinta Nabi
Pentingnya Muhasabah Diri
Muhasabah diri yang mengantarkan kita kepada pertaubatan di awali dengan memasuki gerbang penyesalan.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Menyesal adalah taubat.” (HR.Ibnu Majah no. 4252, Ahmad no.3568, 4012, 4414 dan 4016. Hadist ini dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ ash-Shaghir no.6678)
Adapun cara muhasabah diri secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Meluruskan Niat dan Memantapkan Hati
Segala amal perbuatan tergantung pada niatnya. Sebelum melakukan muhasabah diri, murnikanlah niat hanya untuk Allah SWT.
2. Sesali Dosa dan Laksanakan Sholat Taubat
Agar taubat menjadi sempurna dianjurkan untuk mendirikan sholat taubat. Ini sama dengan sholat sunah lainnya yang bisa dilaksanakan dengan 2, 4, dan 6 rakaat.
3. Mulai Lakukan Perbuatan Baik
Setelah menyesali perbuatan dosa yang telah diperbuat, gantilah perbuatan dosa tersebut dengan kebaikan-kebaikan. Perbaiki hubungan dengan Allah, manusia, dan diri sendiri.
Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan ahli taubat, ahli muhsabah diri, ahli melihat kesalahan dan dosa diri sendiri. Jangan sampai kita lebih senang ketika mengetahui kesalahan atau dosa orang lain padahal dosa sendiri tidak kita urus, tidak kita hisab. Semoga Allah SWT merahmati kita dan memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin. []