DALAM sebuah hadits dikatakan bahwa malu itu sebagian dari iman. Nah, malu seperti apakah yang dimaksud? Tentunya malu berbuat dari segala perbuatan tercela. Malu untuk melakukan segala hal yang bertentangan dari Allah dan Rasul-Nya.
Menerapkan budaya malu, di masa sekarang ini memang cukuplah sulit. Banyak dari setiap insan yang kini kehilangan rasa malunya. Entah apa yang membuat hal itu terjadi.
BACA JUGA:Â Jangan Malu Jadi Ibu Rumah Tangga
Namun, budaya malu mestilah kita wujudkan kembali. Karena apa? Berawal dengan membudayakan malu, maka negeri ini akan maju. Lho kok bisa?
Malu, mencerminkan sikap kerendahan hati kita. Jika setiap insan membudayakan malu, maka tak akan adanya orang yang melakukan perbuatan tercela. Hatinya telah terikat karena rasa malu berbuat dosa.
Memang, rasa malu itu masih dimiliki oleh setiap manusia. Misalnya, orang yang melakukan maksiat, malu jika maksiatnya diketahui oleh orang lain.
Nah, ini nih yang salah di masyarakat kita. Karena apa? Setiap insan hanya malu kepada sesama manusia saja. Padahal, ada yang Maha Tahu atas segalanya.
Seharusnya, sebagai hamba yang mengaku beriman kepada Allah SWT, maka ia harus malu kepada-Nya. Allah SWT-lah yang memberi rahmat kepada kita sehingga kita masih bisa bertahan hidup.
Allah pula-lah yang mencukupi rezeki. Begitu banyak pemberian Allah terhadap kita. Lalu masihkan kita tidak malu kepada Sang Pemberi nikmat itu?
Maka dari itu, perlu kita terapkan rasa malu. Malu di sini bukan berarti malu melakukan segala sesuatu termasuk yang positif. Tapi, malu jika melakukan hal-hal yang negatif seperti berbuat maksiat kepada Allah.
BACA JUGA:Â 10 Macam Rasa Malu, Ini Dia
Jika setiap insan telah menyadari akan hal itu, maka insya Allah kita sebagai penerus dari para Nabi dan Rasul, para sahabat, dan tabi’in serta ulama, akan bisa memajukan agama ini. Maksudnya gimana tuh?
Kita akan mampu memajukan agama kepada tujuannya yaitu rahmatan lil alamin, yakni jalan menuju keselamatan, jika kita membudayakan malu. Karena orang yang malu dalam hal melaksanakan maksiat, ia akan mampu menjaga diri dari perbuatan tercela.
Dengan begitu, tujuan dari agama ini akan tercapai oleh setiap orang yang membudayakan malu. Dengan malu, keselamatan akan tertuju. []
Disarikan dari Helmi Azis, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ Muttaqien Purwakarta