HATI adalah pemimpin kerajaan yang bernama tubuh manusia. Lidah tunduk pada perintah hati. Begitu juga dengan segala tindakan yang disengaja. Maka jelaslah, apabila hati sakit dan tidak bisa dikendalikan, ucapan dan perbuatan orang-orang itu akan benar-benar terganggu.
Ia akan melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya dan melontarkan sumpah serapah, dan tindakannya ini bertentangan dengan fitrah. Orang semacam ini akan meninggalkan kemanusiaannya dan keluar dari jalan agama.
BACA JUGA: Hidupkan Hati dengan Zikir
Jadi, dosa apapun yang dilakukan seseorang, itu berkaitan dengan gangguan spiritual. Karena itulah, akal mengarahkan dan agama memerintahkan kita untuk berusaha sekuat tenaga menyembuhkan penyakit hati. Kita harus lebih memerhatikan kesejahteraan hati kita.
Ketika hati dalam kondisi yang buruk, tubuh akan terkena dampaknya. Pasukan akan berbuat zalim bila raja dalam kondisi lemah. Amirul Mukminin Ali ra berkata, “Ahli makrifat memandang makhluk duniawi lebih peduli akan kematian fisik. Padahal yang lebih serius adalah kematian hati selagi tubuh mereka masih hidup.”
Kematian fisik membuat orang tidak bisa menikmati kelezatan duniawi selama beberapa waktu. Kenikmatan itu juga disertai dengan ribuan ketidaknyamanan. Namun, kematian hati dan kesadaran menjauhkan seseorang dari kebaikan selamanya. Kelezatan abadi nan murni akan berpaling darinya dan ia tidak bisa menjalani kehidupan yang murni sebagai seorang manusia, baik di dunia ini, ataupun di akhirat.
BACA JUGA: Racun Hati yang Harus Dihindari
Karena itulah, kita tidak boleh menganggap enteng penyakit spiritual dan tidak boleh bersikap lalai untuk menyembuhkannya. Seperti halnya kelalaian tidak selaras dengan penyakit fisik, akal pun memerintahkan kita untuk mencurahkan perhatian besar terhadap penyakit spiritual, karena bahayanya lebih besar. Penyakit fisik berujung dengan kematian, sedangkan penyakit spiritual membuat orang terhina untuk selamanya. []
Referensi: Belajar Mencintai Allah/Penulis: Prof. S. A. H. Dastaghib Shirazi/Penerbit: Pustaka IMaN