SALAH satu sifat tercela yang kerap hadir dalam diri manusia adalah kesombongan. Dalam beberapa ayat Alquran, Allah mengecap sifat tersebut.
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.” (QS Al A’raf: 146)
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewengan-wenang.” (QS Al Mu’min:35)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS An Nahl: 23)
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mu’min: 60)
Demikian juga Rasulullah bersabda:
“Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat rasa sombong (walau hanya) sebesar biji zarah.” (Biharul Anwar, juz 1,hal 152)
Almarhum Al Naraqi dalamkitabnya ‘Mi’raj as Sa’adah’ menjelaskan, sifat sombong itu menghalangi manusia dalam upaya meraih akhlak terpuji. Sebab, sifat ini menjadikan manusia merasa dirinya besar, tidak rendah hati dan cenderung menolaknasihat.
Nah, bagaimana cara menyembuhkan penyakit ‘sombong’ ini?
Para hakim (teosof) dan arif (spiritualis) berpendapat, obat bagi penyakit ini adalah dengan menggunakan lawannya, yakni sikap rendah hati. Olh karena itu, rukuk dan sujud bisa jadi salah satu solusinya.
Ketika rukuk dan sujud, manusia mengagungkan Allah, menempatkan dirinya ke posisi yang rendah dan pasrah kepada Allah semata. Ini memberikan keyakinan bahwa manusia sama sekali tak layak menyombongkan dirinya di hadapan Allah.
Sedangkan menurut para cendikiawan ilmu akhlak, penyakit sombong dapat disembuhkan dengan dua cara yakni dengan ilmu dan amal. Secara teori (ilmu), manusia harus lah mengenal tuhannya. Maka, dia tahu kerendahan dirinya dan memahami keagungan tuhannya.
An Naraqi, ulama seklaigus ahli fiqih, memaparkan:
“Wahai manusia! Kenalilah nilai dan harga dirimu, perhatikanlah awal dan akhirmu, saksikanlah dalam dirimu…Berusahalah untukmengobati penyakit ini. Dan cara khusus untuk mengobati penyakit ini adalah dengan merenung dan memikirkan serta mencela sifat sombong dan angkuh,juga memuji sifat rendah hati.”
Adapun, secara amal, sifat sombong ini bisa diatasi dengan menerapkan sifat rendah hati dihadapan Allah, serta menjadikan sikap dan perbuatan ulama sebagai teladan.
Semua upaya itu hanya dapat ditempuh dengan makrifat terhadapkeagungan Allah dan kelemahan diri sendiri. sebagaimana firman Allah kepada Nabi Daud as.:
“Wahai Daud, kenalilah Aku, maka engkau akan mengenal dirimu.”
Daud merenung dan berpikir, lalu berkata, “Aku mengenal-Mu bahwa Engkau Esa, Kuat, dan Kekal. Sedangkan aku adalah lemah, tidak berdaya dan akan musnah.”
Allah kemudian berfirman kepadanya:
“Wahai Daud, engkau telah mengenal-Ku sebagaimana mestinya.” (Bahrul Ma’arif, juz 2, hal 353).
Jadi, kesombongan manusia itu hanya dapat dikalahkan dengan kerendahan hati yang sejatinya datang dari kesadaran diri bahwa tiada yang lebih agung selain Allah SWT. []
Sumber: Berjumpa Allah dalam Shalat/ Karya: Mustafa Khalili/ Penerbit: Zahra Publishing/ Tahun: 2006